Bekasi (Antara Megapolitan) - Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) menggelar kegiatan edukasi kepada ribuan anggotanya yang bertempat tinggal di sepanjang bataran sungai terkait persoalan banjir dan upaya penanggulannya, Minggu.

"Kegiatan edukasi ini kami kemas dengan konsep tata muka dan silaturahmi jalan sehat, mengingat selama ini kami hanya berkomunikasi melalui media sosial whatsaap maupun Telegram," kata Ketua KP2C Verry Surya Hendrawan di Bekasi.

Kegiatan edukasi itu digelar di perbatasan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bogor, tepatnya di sekitar Bunderan Perumahan Villa Nusa Indah II, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

Kegiatan tersebut dihadiri sedikitnya 600 peserta berikut pengurus KP2C dengan menghadirkan sejumlah pembicara di antaranya Penasehat KP2C Puarman, Petugas Pantau Telemetri Sungai Cileungsi Iyan, Petugas Pantau Telemetri Cikeas Ardi dan Nelis, Petugas Bendung Kali Bekasi Adjan, Kepala Desa bojong Kulur Firman Riyansyah, Lurah Jatirasa Yeyen Apriyanti,  Ketua BKM Bojongkulur Thaib, perwakilan BPBD Bekasi, perwakilam Tagana Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi, perwakilan PJT II Bekasi, TPBDes Bojongkulur, dan Tim Kampung Siaga Bencana Bojongkulur.

Dalam kegiatan itu, Penasehat KP2C Puarman menyampaikan materi terkait sejumlah alur sungai yang berpotensi sebagai pemicu banjir di sepanjang bantaran, yakni aliran Cileungsi, Cikeas dan pertemuan kedua sungai tersebut yakni Kali Bekasi.

"Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileungsi mencapai 26.500 hektare yang membentang dari Desa Sumurbatu, Sentul hingga ke Perumahan Villa Nusa Indah. Luasan tersebut mencapai 2,5 kali lebih besar dari luasan DAS Cikeas yang mencapai 11.000 lebih hektare," katanya.

Kedua aliran tersebut menghimpit perumahan Villa Nusa Indah, sehingga setiap tahun di musim hujan maupun musim kemarau, ribuan kepala keluarga di lokasi itu kerap terkena imbas luapan sungai air kiriman dari hulu.

"Batas normal Tinggi Muka Air (TMA) Cileungsi adalah 100 centimeter, TMA Cikeas 200 centimeter dan Kali Bekasi 300 centimeter," katanya.

Pihaknya juga telah menetapkan peringatan dini potensi banjir melalui tiga tahapan siaga. Siaga III diberlakukan bila kondisi permukaan air sudah  berada di bawah badan jalan, siaga II air sungai sudah memasuki saluran air dan setara badan jalan sedangkan siaga I air sudah memasuki garasi dan rumah warga.

"Kondisi siaga itu tergantung dengan kontur tanah serta pergerakan air sungai, sehingga satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama," katanya.

Sejumlah faktor yang memicu banjir di antaranya hujan dengan intensitas tinggi di Cileungsi, pendangkalan sungai serta tidak sempurnanya tanggul di lingkungan warga.

"Bahkan pada banjir yang terjadi 4 September 2016, sempat terjadi banjir di Blok S dan Y Villa Nusa Indah dengan TMA yang hanya 230 centimeter, ternyata kejadian itu dipicu petugas keamanan yang lupa menutup pintu air," katanya.

Dikatakan Puarman, aliran Cileungsi dan Cikeas selama ini menjadi sumber masalah banjir yang melanda ribuan warga di sejumlah perumahan, di antaranya Villa Nusa Indah (VNI) I, II dan III, Villa Jatirasa, Perumahan Pondokgede Permai, Kemang Ifi Graha, Pondok Mitra Lestrari, PPA, Jaka Kencana, Kemang Pratama dan Kompleks Margahayu.

"Selama ini sekitar 2.000 jiwa lebih penduduk yang tinnggal di tepi sungai Cileungsi-Cikeas bergantung pada data yang kami sebar terkait infromasi TMA terkini melalui media sosial. Data itu kami sebar kepada 20 perumahan yang ada di sekitar tepi sungai sebagai peringatan waspada dini banjir," katanya.

Puarman berharap kegiatan edukasi tersebut dapat menambah wawasan masyarakat terkait kondisi terkini sungai Cileungsi-Cikeas serta dapat lebih peduli pada lingkungannya.

Kegiatan tersebut juga menyediakan ruang tanya jawab dari para peserta kepada narasumber terkait, sehingga penyebab musibah banjir yang selama ini masih menjadi pertanyaan warga sekitar dapat terjawab dengan akurat, tepat dan bermanfaat.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016