Purwakarta (Antara Megapolitan) - Sejumlah pelajar dari berbagai sekolah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyampaikan pujian dan kritik kepada bupati setempat Dedi Mulyadi dalam kegiatan "botram" makan bersama pelajar muslim dan nonmuslim.

Dalam kegiatan "botram" yang digelar di Pendopo Pemkab Purwakarta, Kamis, para pelajar yang berasal dari sekolah yang berbeda serta dari berbagai agama secara bergantian menyampaikan kritik serta pujian kepada bupati.

Para pelajar menyampaikan pujian seputar kegiatan pembangunan dan kebijakan daerah. Termasuk menyampaikan kritik tentang pengangguran, toleransi, tawuran antarpelajar, dan lain-lain.

Tetapi para pelajar umumnya mengaku bangga menjadi masyarakat Purwakarta. Sebab kini cukup terasa perkembangan dan kemajuan di Purwakarta.

Seperti Situ Buleud yang kini terkenal Taman Sri Baduga, dahulu kawasan Situ tersebut kurang terurus. Tapi kini, Situ Buleud mampu menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai daerah.

Pada kesempatan itu, ada pula pelajar yang menyampaikan kepada bupati terkait keresahannya atas peristiwa tawuran antarpelajar. Termasuk menyampaikan masih adanya pelajar yang membawa sepeda motor saat ke sekolah.

Hal tersebut disampaikan agar ditindaklanjuti, karena Pemkab Purwakarta telah mengeluarkan kebijakan larangan menggunakan sekolah bagi pelajar dibawah umur.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, kegiatan botram yang digelar Satgas Toleransi Purwakarta di antaranya bertujuan untuk membangun nilai toleransi di kalangan pelajar.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang membangun nilai-nilai toleransi di kalangan pelajar. Pada Senin ini para pelajar berkumpul untuk makan bersama, saling berbagi dan saling berkomunikasi.

Dalam kegiatan makan bareng itu, terjadi komunikasi antarpelajar dari berbagai agama. Bahkan, masing-masing pelajar menunjukkan tradisi ritual keagamaannya masing-masing.

"Ini penting agar mereka saling mengenal. Sehingga akan terbangun nilai toleransi di kalangan pelajar. Kegiatan ini positif dilihat dari kebhinekaan," kata dia.

Terkait dengan permasalahan yang disampaikan pelajar, itu dinilai cukup bagus untuk melatih mental para pelajar Purwakarta dalam menyampaikan kritik dan sarannya terkait permasalahan yang sedang berkembang.

Mengenai tawuran antarpelajar, Dedi menyatakan kalau tawuran hanya dilakukan oleh pelajar sekolah tertentu. Pemkab Purwakarta sendiri telah mengeluarkan kebijakan keras untuk menutup sekolah yang pelajarnya sering tawuran.

Tapi dalam prosesnya, penutupan sekolah tersebut tidak bisa dilaksanakan karena saat itu Majelis Hakim Pengadilan Negeri setempat meminta agar sekolah itu dibuka kembali.

"Untuk masalah pelajar yang masih membawa kendaraan ke sekolah, itu akan ditangani langsung oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga," katanya.

Pewarta: Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016