Pada 26 Mei, Georgia merayakan Hari Deklarasi kemerdekaan pada 1918 dan berdirinya republik demokratis pertama.

Hari ini adalah hari yang istimewa dalam sejarah Georgia karena maknanya sebagai momen penentuan bagi negara modern Georgia dalam 3.000 tahun sejarah panjangnya.

Sayangnya, setelah 3 tahun kemerdekaan, pada 1921, Georgia dianeksasi oleh Tentara Merah Soviet selama 70 tahun sampai pada tahun 1991 dan Georgia kembali mendapatkan kemerdekaan meluncurkan perjalanan baru dalam transformasi demokrasi dan ekonomi.

Indonesia dan Georgia membangun hubungan diplomatik pada tahun 1993, sesaat setelah Georgia meraih kemerdekaannya. Selama bertahun-tahun, kedua bangsa berusaha untuk meningkatkan kerja sama bilateral di berbagai bidang, termasuk politik, perdagangan, budaya, dan pendidikan.

Georgia dan Indonesia telah terlibat dalam dialog dan bertukar kunjungan baik di tingkat pemerintahan maupun parlementer. Kunjungan-kunjungan dan pertemuan tingkat tinggi telah berperan penting dalam memupuk hubungan yang lebih dekat dan mempromosikan pemahaman di antara kedua negara.

Georgia dan Indonesia memajukan kerja sama mereka dalam format multilateral: kedua negara telah saling menunjukkan dukungan terhadap posisi satu sama lain dalam berbagai isu global dan berkolaborasi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa serta organisasi internasional lainnya untuk mempromosikan nilai-nilai dan berbagai kepentingan bersama.

Pada 2022, nota kesepahaman yang baru telah ditandatangani oleh Kementerian PAN RB RI dan Kementerian Kehakiman Georgia tentang kerja sama di bidang pelayanan publik.

Untuk saat ini, Indonesia telah mendirikan sekitar 120 mal pelayanan publik di seluruh Indonesia mirip dengan Justice Hall Georgia, yang berfungsi sebagai hub terpusat di mana warga dapat mengakses berbagai layanan pemerintah dalam satu lokasi yang nyaman.

Georgia telah mencapai sejumlah tonggak penting, seperti berikut ini. Georgia telah diakui atas upayanya untuk memperkuat berbagai lembaga demokrasi dan mempromosikan transparansi dalam pemerintahan. Georgia telah melakukan reformasi substansial untuk memperbaiki sistem pemilu, meningkatkan supremasi hukum serta memberantas korupsi.

Georgia telah mengejar kerangka kebijakan ekonomi liberal, menekankan pada prinsip pasar-bebas, privatisasi, dan investasi asing. Hasilnya, negara ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan telah menjadi destinasi menarik untuk bisnis internasional.

Indeks kemudahan berbisnis Bank Dunia secara konsisten menempatkan Georgia di antara negara-negara teratas. Terlepas dari tantangan yang muncul akibat pandemi COVID-19 dan geopolitik, Georgia mencapai pertumbuhan ekonomi yang kokoh tahun lalu dengan estimasi pertumbuhan PDB riil setara dengan 10,1 persen (tahun ke tahun). Sementara, perputaran perdagangan meningkat 32 persen. Pertumbuhan diproyeksikan bertahan di dua digit

Lokasi Georgia menawarkan jembatan alami antara Eropa dan Asia, yang menghubungkan Laut Hitam ke Laut Kaspia dan sekitarnya. Ini berfungsi sebagai koridor transit krusial untuk rute-rute perdagangan yang menghubungkan Eropa, Asia Tengah, Timur Tengah, dan wilayah Laut Kaspia.

Posisi strategis ini memberikan keuntungan logistik bagi bisnis-bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional, ekspor-impor, dan operasi transit.

Komitmen Georgia terhadap reformasi liberal terkait erat dengan aspirasinya untuk integrasi Eropa. Negara ini telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa (EU), menerapkan berbagai reformasi yang selaras dengan standar dan nilai EU.

Kemajuan Georgia dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Uni Eropa telah menghasilkan rezim bebas visa bagi warga negara Georgia yang bepergian ke wilayah Schengen, membawa peluang lebih besar untuk perdagangan, pariwisata, dan pertukaran budaya.

Lanskap unik Georgia, situs bersejarah, dan keajaiban arsitektur telah menarik pembuat film dari seluruh dunia.

Selama 2022, tingkat pemulihan perjalanan internasional mencapai 58 persen, sedangkan untuk perjalanan wisata mencapai 71,9 persen. Yang terpenting, penerimaan perjalanan menunjukkan pertumbuhan hingga 8 persen dibandingkan pada 2019, yang merupakan tahun rekor bagi Georgia.

Georgia memiliki kapasitas yang besar untuk surplus pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan untuk dipasok ke negara tetangga dalam waktu dekat. Dalam hal ini, Georgia berencana untuk mengimplementasikan proyek Kabel Kapal Selam Laut Hitam Georgia - Rumania, yang menghubungkan wilayah Kaukasus Selatan langsung ke Eropa Tenggara melalui kabel bawah laut yang melintasi Laut Hitam.

Transformasi dan pencapaian Georgia adalah hasil dari kepemimpinan visioner, reformasi yang berani, dan komitmen untuk menciptakan lingkungan bisnis yang menguntungkan. Upaya negara dalam liberalisasi, fasilitasi perdagangan, pembangunan infrastruktur, dan reformasi sosial telah memberikan fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan standar hidup yang lebih baik.


*) Alexander Khvtisiashvili adalah Wakil Menteri Luar Negeri Georgia. Pandangan dan pendapat yang dikemukakan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi Kantor Berita ANTARA

 

Pewarta: Alexander Khvtisiashvili*

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023