Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan menemukan Lumpy Skin Desease (LSD) atau penyakit lato-lato pada sapi.
"Ditemukan, masih dalam observasi. Belum tahu jumlahnya karena masa inkubasinya lama," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Depok Dede Zuraida ketika dihubungi di Depok, Selasa.
Dede menambahkan penanganan dan pencegahan penyakit LSD pada sapi harus dilakukan dengan vaksinasi secara spesifik.
"Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD. Pengobatan LSD bersifat symptomatik untuk mengobati gejala klinis yang muncul dan suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak terinfeksi," kata Dede Zuraida.
Baca juga: DKPP Kota Bogor segera sosialisasi antisipasi penyakit kulit benjol pada sapi
Dede Zuraida menambahkan kewaspadaan terhadap LSD harus ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit.
"Lalu memperketat pengawasan lalu lintas hewan dan pengujian dan diagnosis penyakit LSD," kata dia.
Penyakit LSD karena virus dari keluarga Poxviridae yang menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat.
Sapi yang kena virus tersebut, sekujur tubuh sapi akan muncul benjolan seperti lato-lato dan bernanah.
Sementara itu Farm Shogir pedagang hewan kurban khusus Sapi Bali asal Kota Depok terus meningkatkan pengawasan agar terhindar dari penyakit mulut dan kuku (PMK) dan LSD atau penyakit kulit berbenjol menjelang Idul Adha 1444 H.
Baca juga: Wabah LSD serang ternak sapi di Trenggalek terus meluas
"Sudah kami antisipasi, kami menjual hewan kurban mengedepankan kualitas sapi yaitu kesehatan untuk pembeli hewan kurban, karena dagingnya dikonsumsi banyak orang," kata Pemilik Fram Shogir Hendra.
Mengantisipasi penyakit LSD dan PMK pada sapi, Farm Shogir berinisiatif untuk mencegah sejak membeli sapi dari Bali hingga tiba di kadang.
Hendra bersama asosiasi peternak sapi membeli vaksin untuk pencegahan LSD secara mandiri di Australia.
"Vaksin ini untuk kekebalan tubuh. Kami beli secara mandiri dan bareng tidak dibiayai oleh pemerintah. Sapi Bali yang kami beli tentunya melalui proses karantina dan sudah divaksin," tutur Hendra.
Baca juga: Dua penyakit ini berpotensi mengganggu produktivitas ternak
Ia mengatakan ciri-ciri sapi terjangkit LSD yaitu tubuh sapi berbenjol seperti lato-lato dan nafsu makan berkurang atau tidak mau makan dan mengalami demam.
"LSD ini bukan kejadian luar biasa. Tapi kami sebagai penjual hewan kurban mengantisipasi dan mencegah penyakit LSD dan PMK," kata dia.
Selain pemberian vaksin, pria yang akrab disapa Hendra Shogir ini menambahkan pencegahan dan mengantisipasi penyakit PMK dan LSD kandang harus bersih.
"Pemberian vitamin dan obat-obatan perlu, terutama vaksin untuk pencegahan penyakit," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Ditemukan, masih dalam observasi. Belum tahu jumlahnya karena masa inkubasinya lama," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Depok Dede Zuraida ketika dihubungi di Depok, Selasa.
Dede menambahkan penanganan dan pencegahan penyakit LSD pada sapi harus dilakukan dengan vaksinasi secara spesifik.
"Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD. Pengobatan LSD bersifat symptomatik untuk mengobati gejala klinis yang muncul dan suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak terinfeksi," kata Dede Zuraida.
Baca juga: DKPP Kota Bogor segera sosialisasi antisipasi penyakit kulit benjol pada sapi
Dede Zuraida menambahkan kewaspadaan terhadap LSD harus ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit.
"Lalu memperketat pengawasan lalu lintas hewan dan pengujian dan diagnosis penyakit LSD," kata dia.
Penyakit LSD karena virus dari keluarga Poxviridae yang menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat.
Sapi yang kena virus tersebut, sekujur tubuh sapi akan muncul benjolan seperti lato-lato dan bernanah.
Sementara itu Farm Shogir pedagang hewan kurban khusus Sapi Bali asal Kota Depok terus meningkatkan pengawasan agar terhindar dari penyakit mulut dan kuku (PMK) dan LSD atau penyakit kulit berbenjol menjelang Idul Adha 1444 H.
Baca juga: Wabah LSD serang ternak sapi di Trenggalek terus meluas
"Sudah kami antisipasi, kami menjual hewan kurban mengedepankan kualitas sapi yaitu kesehatan untuk pembeli hewan kurban, karena dagingnya dikonsumsi banyak orang," kata Pemilik Fram Shogir Hendra.
Mengantisipasi penyakit LSD dan PMK pada sapi, Farm Shogir berinisiatif untuk mencegah sejak membeli sapi dari Bali hingga tiba di kadang.
Hendra bersama asosiasi peternak sapi membeli vaksin untuk pencegahan LSD secara mandiri di Australia.
"Vaksin ini untuk kekebalan tubuh. Kami beli secara mandiri dan bareng tidak dibiayai oleh pemerintah. Sapi Bali yang kami beli tentunya melalui proses karantina dan sudah divaksin," tutur Hendra.
Baca juga: Dua penyakit ini berpotensi mengganggu produktivitas ternak
Ia mengatakan ciri-ciri sapi terjangkit LSD yaitu tubuh sapi berbenjol seperti lato-lato dan nafsu makan berkurang atau tidak mau makan dan mengalami demam.
"LSD ini bukan kejadian luar biasa. Tapi kami sebagai penjual hewan kurban mengantisipasi dan mencegah penyakit LSD dan PMK," kata dia.
Selain pemberian vaksin, pria yang akrab disapa Hendra Shogir ini menambahkan pencegahan dan mengantisipasi penyakit PMK dan LSD kandang harus bersih.
"Pemberian vitamin dan obat-obatan perlu, terutama vaksin untuk pencegahan penyakit," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023