Guru Besar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Fatma Lestari menyampaikan pandangannya terkait kebakaran Depo Pertamina pelumpang, dimana menurutnya saat ini yang harus dilakukan adalah investigasi terlebih dahulu penyebab terjadinya ledakan dan kebakaran tersebut.

"Yang pertama bukan mengetahui penyebab secara langsung, misalnya karena adanya gangguan teknis atau adanya sumber api," kata Fatma Lestari yang juga Kepala Disaster Risk Decution Center (DRRC) UI dalam keterangannya, di Depok, Selasa.

Akan tetapi, lanjutnya, harus diketahui mengapa kejadian tersebut dapat terjadi, sistem mana yang masih kurang, atau perlu dilakukan improvisasi seperti apa. Kemudian disampaikan juga harus diketahui mengapa ledakan dan kebakaran bisa terjadi, serta penyebab langsung ledakan dan kebakaran tersebut.

Baca juga: Menteri BUMN segera rapat bersama bahas wacana pindahkan Depo Pertamina Plumpang sore ini

Apakah, kata dia, ada hubungannya dengan perawatan yang kurang atau standar operasional prosedur yang perlu diperbaiki dan kompetensi pelaksana di lapangan.

Jika dirunut ke belakang, kata dia, tepatnya pada tahun 2007 pihaknya beserta perwakilan dari Pertamina telah melakukan analisis risk assesment di salah satu tangkinya di Depol Plumpang.

Rekomendasi yang disampaikan kepada pihak Pertamina saat itu adalah pembuatan bufer zone atau disediakan jarak yang cukup antara depo dengan permukiman warga. Jika untuk jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax amannya berada di angka 50 meter, namun lebih baik berjarak 100 meter. Tambahannya kali yang berada di sekitar depo pun harus terpisah.

Baca juga: Pertamina komitmen tanggung jawab penuh berikan penanganan terbaik korban kebakaran Plumpang

"Kebakaran dan ledakan ini bisa terjadi jika ada bahan bakar, kemudian sumber api dan tentunya oksigen yang ada di sekitar kita. Kalau ketiga faktor tersebut bertemu maka akan terjadi kebakaran dan ledakan," katanya.

Tapi jika salah satunya tidak ada, misalnya saja ada BBM, ada kebocoran, tetapi tidak ada sumber api atau jauh dari sumber api, maka kebakaran dan ledakan tidak akan terjadi. Sementara untuk kejadian  tahun 2009  disebabkan dari aspek security. "Adapun untuk di Depo Plumpang kemarin kita belum tahu pasti apakah dari aspek safety atau keduanya," kata Fatma.

Ia menjelaskan untuk kasus kebakaran dan ledakan di Depo Plumpang perlu assesment sistem perpipaan yang menyalurkan BBM dari laut, balongan atau kilang-kilang, dan sumber lainnya.

Baca juga: Kapolri tinjau lokasi Depo Plumpang pastikan tim investigasi dalami penyebab kebakaran

"Pipe link risk management atau manajemen risiko perpipaan perlu juga menjadi perhatian. Mengingat unsur yang satu ini juga dapat menambah risiko-risiko dari sebuah kebakaran dan ledakan," katanya.

Menurut dia, untuk objek vital sebesar Depo Pertamina diperlukan adanya kuantitatif risk assesment khusus untuk kebakaran dan ledakan, termasuk  apakah pemukiman harus dipindahkan atau tidak. Hal tersebut juga akan memberikan pandangan seberapa jauh dampak ketika terjadi ledakan dan kebakaran terhadap masyarakat atau lingkungan sekitar.

"Meski sudah direlokasi potensi ledakan dan kebakaran masih mungkin terjadi," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023