Beijing (Antara/Reuters/Antara Megapolitan) - Angkatan udara China mengerahkan pesawat tempur dan pengebom "patroli tempur" di dekat kepulauan sengketa di Laut China Selatan.

Gerakan itu disebut sebagai usaha memulihkan pelatihan serupa dan untuk menanggapi ancaman keamanan, kata kolonel senior.

Pelatihan itu dilaksanakan pada saat ketegangan meningkat di perairan sengketa tersebut setelah pengadilan arbitrase di Denhaag mengeluarkan keputusan pada bulan lalu, yang menyebutkan China tidak memiliki hak sejarah atas Laut China Selatan.

Angkatan udara mengerahkan sejumlah pengebom H-6 dan sejumlah pesawat tempur SU-30 untuk memeriksa wilayah udara di sekitar Kepulauan Spratly dan di Dangkalan Scarborough, kata Kolonel Shen Jinke dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.

Patroli itu juga mengerahkan pesawat pengintai dan pesawat pengisi bahan bakar, kata Xinhua, meskipun tidak menyebutkan kapan kegiatan itu dilaksanakan.

"Angkatan Udara sedang mengatur patroli tempur di Laut China Selatan, melatih sejumlah taktik, meningkatkan kesiagaan terhadap segala macam ancaman keamanan dan melinfungi kedaulatan, keamanan nasional dan sejumlah kepentingan maritim negara," kata Shen.

China menolak mengakui keputusan pengadilan Denhaag itu, yang tidak mengakui klaim luas wilayahnya di Laut China Selatan dan tidak ikut dalam upaya tersebut, yang diajukan Filipina.

Sengketa atas dangkalan itu, yang terletak 124 mil laut ke arah barat laut pulau utama Filipina, menjadi salah satu alasan bagi Manila untuk membawa permasalahan itu ke jalan hukum melawan China pada 2013.

Beijing memberikan reaksi marah terhadap tuntutan dari sejumlah negara Barat dan Jepang yang meminta agar keputusan itu dipatuhi, dan mereka menerbitkan sejumlah gambar yang menunjukkan pesawat yang terbang di atas dangkalan itu sejak keputusan dikeluarkan.

China telah berulang kali menyalahkan Amerika Serikat yang membesarkan ketegangan dengan sejumlah patroli militer mereka di Laut China Selatan, yang merupakan sebuah perairan strategis yang dilewati oleh kapal-kapal perdagangan senilai lebih dari lima triliun dolar Amerika tiap tahunnya.

China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih.

Amerika Serikat melaksanakan sejumlah patroli kebebasan berlayar di dekat sejumlah pulau, yang diduduki oleh China, yang menyebabkan kemarahan Beijing, sementara China meningkatkan kemampuan militernya di wilayah itu.

Penerjemah: Mabrian/B. Soekapdjo.
    

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016