Tak perlu repot-repot datang langsung ke bank dan antre, hanya untuk membuka rekening.
Itulah yang dilakukan Lilis (26 tahun), wanita pekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta ketika diberitahukan oleh rekannya mengenai aplikasi BCA Mobile untuk keperluan membuka rekening baru di bank swasta itu.
Lilis memberikan gambaran dirinya yang juga merupakan fenomena masyarakat kekinian yang tidak ingin berlama-lama berada di kantor cabang sebuah bank, hanya untuk membuka rekening baru. “Aku malas banget kalau harus ke kantor cabang karena harus antre. Belum lagi, saat kita datang, belum tentu kita langsung dilayani, karena, kalau kita datang di siang hari, teller bank terkadang perlu istirahat,” katanya kepada Antara.
Setelah mengunduh aplikasi tersebut di telepon pintarnya, Lilis menyiapkan foto dokumen yang dibutuhkan untuk diunggah dalam aplikasi itu, antara lain foto KTP dan memasukkan data diri. Seorang petugas bank menghubunginya melalui fitur telepon video yang terdapat dalam aplikasi.
Lilis pun terkesan bahawa membuka rekening baru melalui layanan digitalisasi perbankan dengan mengunduh aplikasi, sangat memudahkan, apalagi selama pandemi COVID-19.
Selama seorang calon nasabah sudah memiliki pemahaman terkait teknologi dan penggunaan aplikasi perbankan di ponsel pintar mereka, pembuatan rekening bank secara digital seharusnya tidak sulit, dan dia bisa menjadi nasabah bank tersebut.
Lilis merupakan salah satu nasabah yang dimudahkan oleh kemajuan teknologi digitalisasi dalam layanan perbankan.
BCA telah melakukan digitalisasi untuk berbagai layanan perbankan, dari mulai transfer, pengisian dompet digital, hingga pembukaan rekening.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyebut frekuensi transaksi via saluran digital terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah nasabah di BCA. Nilai transaksi di kantor cabang masih berkontribusi sekitar 36 persen dari total transaksi BCA di sembilan bulan pertama tahun 2022.
BCA memiliki 1.247 kantor cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia hingga Desember 2022, meningkat dibanding tahun 2019 sebanyak 1.220 kantor cabang. Padda tahun 2019 pula, BCA mengembangkan kantor cabang digital. Pada 2022 total volume transaksi BCA pun naik 36,8 persen year on year hingga 24,1 miliar transaksi, seiring dengan jumlah rekening nasabah yang bertambah 6,2 juta menjadi 34,7 juta.
Hera menyebutkan mesin dan aplikasi digital dapat digunakan oleh nasabah secara mandiri. Mesin ini telah didukung oleh teknologi terkini, seperti biometrics untuk verifikasi nasabah.
BCA memiliki aplikasi cabang elektronik (eBranch) yang dapat digunakan nasabah untuk melakukan reservasi kedatangan dan mesin layanan pelanggan digital di beberapa kantor cabang untuk mengganti kartu.
Kantor cabang digital BCA juga menyediakan mesin eService untuk mempermudah nasabah mencetak buku tabungan dan mesin STAR Teller untuk nasabah memproses transaksi tarik dan setor tunai secara mandiri. Lebih dari 80 persen kantor cabang BCA saat ini telah menerapkan inovasi perangkat dan aplikasi pendukung digital.
Perbankan hibrida
Sejumlah bank telah menerapkan perbankan hibrida (hybrid banking) yang menggabungkan layanan konvensional dan digital.
Selain BCA, Senada, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menghadirkan lebih dari 590 ribu agen BRILink secara konvensional di seluruh Indonesia. Agen BRILink ini yang akan membantu masyarakat melakukan transaksi secara digital. BRI tidak bisa mendigitalisasi layanan perbankan secara keseluruhan karena literasi digital nasabah bervariasi.
BRI memiliki program BRI Kode Desa (BRIKodes),bermanfaat untuk memetakan kepadatan kepemilikan telepon pintar di desa/kelurahan. Memetakan pula kepadatan bisnis secara digital, seperti pembayaran melalui BI Fast di daerah tersebut.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto memastikan kantor cabang ke depan akan disesuaikan dengan tingkat literasi masyarakat di satu daerah.
Berbeda dengan BCA, jumlah kantor cabang BRI dan kantor cabang pembantu BRI sebanyak 1.078 kantor, sebelum pandemi. Pada kuartal III tahun 2022, jumlah itu menurun menjadi 1.029 kantor karena perubahan preferensi nasabah, digitalisasi dan perubahan kebijakan regulator menjadi katalis perubahan dalam lini saluran distribusi di BRI.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan fungsi dan jumlah kantor cabang dalam melayani transaksi milenial dan generasi Z akan menyusut, digantikan oleh mesin anjungan tunai mandiri (ATM) serta layanan aplikasi digital perbankan.
Fungi kantor cabang masih diperlukan di wilayah dengan masyarakat dengan tingkat literasi digital yang masih rendah.
Baca juga: LPS likuidasi 118 bank dalam periode 2015-2022 untuk tangani bank gagal
Baca juga: Transaksi uang elektronik capai Rp399,6 triliun pada 2022
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023