Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dari Program Studi Teknik Bioproses, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), melatih budi daya alpukat mentega kepada para petani alpukat di Desa Iwul Bogor, Jawa Barat, bekerja sama dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB).
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) FTUI terdiri dari Kenny Lischer, Apriliana Cahya Khayrani, dan dan Retno Wahyu Nurhayati.
"Kami memilih teknik sambung pucuk karena keunggulannya dibandingkan teknik tanam biji maupun mencangkok," kata Kenny Lischer di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Mahasiswa FTUI gagas panel surya gulung manfaatkan limbah plastik
Dengan menggunakan teknik sambung pucuk, kata dia, rata-rata dalam waktu tiga minggu sudah dapat dilihat keberhasilannya dibandingkan dengan mencangkok yang bisa mencapai enam bulan. Budi daya dengan sambung pucuk ini juga dilakukan untuk mempercepat proses pembuahan alpukat dibandingkan menanam dari biji.
Pada kegiatan pengmas ini, para peserta diberikan materi dan praktik terkait pemilihan benih dan varietas, penyiapan benih batang bawah, penyemaian benih batang bawah, dan penyiapan batang atas, untuk melakukan kegiatan sambung pucuk.
Selain proses pembuahan yang lebih cepat, lanjutnya, teknik sambung pucuk juga tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses budi daya. Lebih dari 50 pohon hasil pelatihan sambung pucuk dapat ditanam pada lahan seluas 1x2 meter persegi.
Baca juga: Guru besar FTUI tawarkan biomassa sebagai energi alternatif
50 pohon ini merupakan hasil pelatihan para petani trainers ke komunitas tani dan masyarakat sekitar. Para petani trainer terbukti sudah dapat memberikan materi mereka dengan baik dan disambut dengan antusiasme peserta untuk melakukan praktik secara langsung.
Alpukat mentega atau disebut juga alpukat cipedak asli dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Alpukat ini termasuk ke dalam jenis alpukat unggulan karena memiliki buah dengan daging tebal, bertekstur kenyal, warna kuning daging buahnya bersih, seperti mentega. Alpukat mentega dengan keunggulannya itu meningkatkan minat masyarakat terhadap buah ini, sehingga harga jual pun lebih tinggi.
Baca juga: UI luncurkan produk inovasi baru kipas dilengkapi ion generator
Dekan FTUI Prof Dr Heri Hermansyah berharap kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat memberikan manfaat yang unggul dan berdampak bagi masyarakat, khususnya peserta.
"Semoga para peserta pelatihan dapat melakukan budidaya sendiri dan melatih orang lain sebagai kegiatan yang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar, khususnya melalui budi daya buah alpukat. Apalagi buah ini menjadi salah satu komoditas potensial untuk mendapatkan prioritas pengembangan secara nasional," ujar Prof Heri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) FTUI terdiri dari Kenny Lischer, Apriliana Cahya Khayrani, dan dan Retno Wahyu Nurhayati.
"Kami memilih teknik sambung pucuk karena keunggulannya dibandingkan teknik tanam biji maupun mencangkok," kata Kenny Lischer di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Mahasiswa FTUI gagas panel surya gulung manfaatkan limbah plastik
Dengan menggunakan teknik sambung pucuk, kata dia, rata-rata dalam waktu tiga minggu sudah dapat dilihat keberhasilannya dibandingkan dengan mencangkok yang bisa mencapai enam bulan. Budi daya dengan sambung pucuk ini juga dilakukan untuk mempercepat proses pembuahan alpukat dibandingkan menanam dari biji.
Pada kegiatan pengmas ini, para peserta diberikan materi dan praktik terkait pemilihan benih dan varietas, penyiapan benih batang bawah, penyemaian benih batang bawah, dan penyiapan batang atas, untuk melakukan kegiatan sambung pucuk.
Selain proses pembuahan yang lebih cepat, lanjutnya, teknik sambung pucuk juga tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses budi daya. Lebih dari 50 pohon hasil pelatihan sambung pucuk dapat ditanam pada lahan seluas 1x2 meter persegi.
Baca juga: Guru besar FTUI tawarkan biomassa sebagai energi alternatif
50 pohon ini merupakan hasil pelatihan para petani trainers ke komunitas tani dan masyarakat sekitar. Para petani trainer terbukti sudah dapat memberikan materi mereka dengan baik dan disambut dengan antusiasme peserta untuk melakukan praktik secara langsung.
Alpukat mentega atau disebut juga alpukat cipedak asli dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Alpukat ini termasuk ke dalam jenis alpukat unggulan karena memiliki buah dengan daging tebal, bertekstur kenyal, warna kuning daging buahnya bersih, seperti mentega. Alpukat mentega dengan keunggulannya itu meningkatkan minat masyarakat terhadap buah ini, sehingga harga jual pun lebih tinggi.
Baca juga: UI luncurkan produk inovasi baru kipas dilengkapi ion generator
Dekan FTUI Prof Dr Heri Hermansyah berharap kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat memberikan manfaat yang unggul dan berdampak bagi masyarakat, khususnya peserta.
"Semoga para peserta pelatihan dapat melakukan budidaya sendiri dan melatih orang lain sebagai kegiatan yang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar, khususnya melalui budi daya buah alpukat. Apalagi buah ini menjadi salah satu komoditas potensial untuk mendapatkan prioritas pengembangan secara nasional," ujar Prof Heri.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022