Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) menyatakan, pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sudah mencapai 93 persen.
"Kini progres Bendungan Ciawi dan Sukamahi telah mencapai 93 persen. Diharapkan pada tahun ini selesai dikerjakan," kata Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA, Bob Arthur dalam keterangannya di Bogor, Kamis.
Menurut dia, dua bendungan kering pertama di Indonesia itu untuk pengendalian banjir di wilayah Jakarta ketika musim hujan, karena mampu mereduksi debit air yang mengalir dari Sungai Ciliwung.
Baca juga: Menteri PUPR tekankan pentingnya penghijauan di Bendungan Ciawi dan Sukamahi
"Bendungan ini adalah suatu sistem yang terintegrasi untuk mengendalikan banjir di Jakarta dengan fungsi mereduksi banjir di Sungai Ciliwung sebesar 11,9 persen debit air," terang Bob.
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,4 hektare. Bendungan yang dibangun dengan nilai kontrak senilai Rp798,7 miliar ini mampu mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik/detik.
Sedangkan Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare. Nilai kontrak pembangunannya Rp464,93 miliar dan mampu mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik/detik.
Bob menyebutkan, Ditjen SDA terus berupaya untuk mencegah terjadinya banjir di seluruh Indonesia. Upaya yang dilakukan yaitu membangun berbagai infrastruktur untuk mengendalikan banjir.
Baca juga: Menteri PUPR: Bendungan Ciawi tingkatkan kapasitas kendali banjir
Menurut dia, pembangunan pengendali banjir yang telah dilakukan oleh Ditjen SDA meliputi, bendungan, normalisasi sungai, tanggul banjir, tanggul pantai, sabo dam, floodway, sudetan, kolam retensi dan sistem polder.
"Pengendali banjir ini dibuat di semua wilayah yang sering mengalami banjir dengan dampak besar dan memiliki masterplan," ujarnya.
Ia mengatakan, pembangunan pengendali banjir dilakukan untuk menciptakan rasa aman, keselamatan jiwa manusia serta harta benda, fasilitas umum, dan menjaga roda perekonomian.
Sejak 2015 hingga saat ini, Ditjen SDA tercatat telah melakukan pembangunan 38 bendungan, 2.972 kilometer pengendali banjir dan pengaman pantai, dan 471 kilometer pengendali sedimen.
"Tak hanya di Ciawi, Ditjen SDA juga membangun pengendalian banjir di Kota Semarang. Sebab, di kota itu banjir terjadi bukan hanya dari luapan air sungai namun juga diakibatkan oleh rob dari laut," paparnya.
Baca juga: Ade Yasin berharap bendungan Ciawi dan Sukamahi di Bogor rampung Juli 2021
Dalam menangani banjir di Kota Semarang, kata Bob, Ditjen SDA memiliki Bendungan Jatibarang yang dapat menampung 20,4 juta meter kubik, Kanal Banjir Barat sepanjang 4,71 kilometer, Kanal Banjir Timur 14,7 kilometer dan Tanggul Laut terintegrasi jalan tol Semarang-Demak sepanjang 6,6 kilometer.
Ia menjelaskan, terdapat dua paket pembangunan pengendalian banjir dan rob Semarang Demak. Paket pertama terdiri dari Normalisasi Sungai Babon, Normalisasi Sungai Sayung dan Perbaikan Drainase Ngepreh. Untuk paket kedua meliputi Kolam Retensi serta Sistem Polder dan Pompa.
"Dalam pengendalian banjir dan rob di kawasan Tambak Lorok yang telah memasuki Tahap II, Ditjen SDA mengerjakan Tanggul Pantai dan Sistem Polder dengan panjang tanggul rob 2.187 meter dan Kolam Retensi seluas 0,69 hektare," kata Bob.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
"Kini progres Bendungan Ciawi dan Sukamahi telah mencapai 93 persen. Diharapkan pada tahun ini selesai dikerjakan," kata Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA, Bob Arthur dalam keterangannya di Bogor, Kamis.
Menurut dia, dua bendungan kering pertama di Indonesia itu untuk pengendalian banjir di wilayah Jakarta ketika musim hujan, karena mampu mereduksi debit air yang mengalir dari Sungai Ciliwung.
Baca juga: Menteri PUPR tekankan pentingnya penghijauan di Bendungan Ciawi dan Sukamahi
"Bendungan ini adalah suatu sistem yang terintegrasi untuk mengendalikan banjir di Jakarta dengan fungsi mereduksi banjir di Sungai Ciliwung sebesar 11,9 persen debit air," terang Bob.
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas area genangan 39,4 hektare. Bendungan yang dibangun dengan nilai kontrak senilai Rp798,7 miliar ini mampu mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik/detik.
Sedangkan Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare. Nilai kontrak pembangunannya Rp464,93 miliar dan mampu mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik/detik.
Bob menyebutkan, Ditjen SDA terus berupaya untuk mencegah terjadinya banjir di seluruh Indonesia. Upaya yang dilakukan yaitu membangun berbagai infrastruktur untuk mengendalikan banjir.
Baca juga: Menteri PUPR: Bendungan Ciawi tingkatkan kapasitas kendali banjir
Menurut dia, pembangunan pengendali banjir yang telah dilakukan oleh Ditjen SDA meliputi, bendungan, normalisasi sungai, tanggul banjir, tanggul pantai, sabo dam, floodway, sudetan, kolam retensi dan sistem polder.
"Pengendali banjir ini dibuat di semua wilayah yang sering mengalami banjir dengan dampak besar dan memiliki masterplan," ujarnya.
Ia mengatakan, pembangunan pengendali banjir dilakukan untuk menciptakan rasa aman, keselamatan jiwa manusia serta harta benda, fasilitas umum, dan menjaga roda perekonomian.
Sejak 2015 hingga saat ini, Ditjen SDA tercatat telah melakukan pembangunan 38 bendungan, 2.972 kilometer pengendali banjir dan pengaman pantai, dan 471 kilometer pengendali sedimen.
"Tak hanya di Ciawi, Ditjen SDA juga membangun pengendalian banjir di Kota Semarang. Sebab, di kota itu banjir terjadi bukan hanya dari luapan air sungai namun juga diakibatkan oleh rob dari laut," paparnya.
Baca juga: Ade Yasin berharap bendungan Ciawi dan Sukamahi di Bogor rampung Juli 2021
Dalam menangani banjir di Kota Semarang, kata Bob, Ditjen SDA memiliki Bendungan Jatibarang yang dapat menampung 20,4 juta meter kubik, Kanal Banjir Barat sepanjang 4,71 kilometer, Kanal Banjir Timur 14,7 kilometer dan Tanggul Laut terintegrasi jalan tol Semarang-Demak sepanjang 6,6 kilometer.
Ia menjelaskan, terdapat dua paket pembangunan pengendalian banjir dan rob Semarang Demak. Paket pertama terdiri dari Normalisasi Sungai Babon, Normalisasi Sungai Sayung dan Perbaikan Drainase Ngepreh. Untuk paket kedua meliputi Kolam Retensi serta Sistem Polder dan Pompa.
"Dalam pengendalian banjir dan rob di kawasan Tambak Lorok yang telah memasuki Tahap II, Ditjen SDA mengerjakan Tanggul Pantai dan Sistem Polder dengan panjang tanggul rob 2.187 meter dan Kolam Retensi seluas 0,69 hektare," kata Bob.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022