Pemerintah Indonesia melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat ini masih menetapkan status Level IV atau Awas pada Gunung Semeru di Jawa Timur.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan meski aktivitas vulkanik cenderung menurun, namun Gunung Semeru masih berpotensi terjadi erupsi awan panas guguran dan terutama potensi tinggi terjadi lahar, sehingga tingkat aktivitas masih tetap pada Level IV atau Awas.
"Dalam status Awas, masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 17 kilometer dari puncak," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Gunung Semeru masih didominasi letusan dan gempa guguran pada Selasa
Baca juga: Hewan ternak milik warga dievakuasi dari zona merah bencana Gunung Semeru
Adapun di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 kilometer serta tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
Wahid meminta masyarakat untuk tetap tenang dan terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Semeru dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Saat ini PVMBG melakukan pemantauan visual, kegempaan, deformasi Gunung Semeru secara terus-menerus 24 jam, termasuk pengecekan suhu endapan awan panas serta terus bersinergi bersama pihak terkait untuk peninjauan giat evakuasi harta benda masyarakat di lokasi terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.
Baca juga: Gunung Semeru masih luncurkan awan panas guguran pada Senin
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi akibat awan panas guguran Gunung Semeru kini bertambah menjadi 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan meski aktivitas vulkanik cenderung menurun, namun Gunung Semeru masih berpotensi terjadi erupsi awan panas guguran dan terutama potensi tinggi terjadi lahar, sehingga tingkat aktivitas masih tetap pada Level IV atau Awas.
"Dalam status Awas, masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 17 kilometer dari puncak," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Gunung Semeru masih didominasi letusan dan gempa guguran pada Selasa
Baca juga: Hewan ternak milik warga dievakuasi dari zona merah bencana Gunung Semeru
Adapun di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 kilometer serta tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
Wahid meminta masyarakat untuk tetap tenang dan terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Semeru dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Saat ini PVMBG melakukan pemantauan visual, kegempaan, deformasi Gunung Semeru secara terus-menerus 24 jam, termasuk pengecekan suhu endapan awan panas serta terus bersinergi bersama pihak terkait untuk peninjauan giat evakuasi harta benda masyarakat di lokasi terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.
Baca juga: Gunung Semeru masih luncurkan awan panas guguran pada Senin
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi akibat awan panas guguran Gunung Semeru kini bertambah menjadi 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022