Cisarua, Bogor, (Antara Megapolitan) - Perwakilan lintas agama di Indonesia, yang terdiri atas berbagai unsur, Minggu, melakukan gerakan penghijauan dengan tanaman keras di lembaga konservasi satwa "ex-situ" (di luar habitat alami) Taman Safari Indonesia, Cisarua, kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Mereka terdiri atas perwakilan umat Islam, Katholik, Budha, Kristen dan perwakilan agama Hindu, yang juga dihadiri uskup se-Jawa dan Badan Sosial Lintas Agama (Basolia).

Kegiatan yang dilaksanakan bersamaan dengan bulan Ramadhan 1437 Hijriah itu dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir 10.30 WIB.

Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Yulius H Suprihardo kepada Antara menjelaskan bahwa peserta penghijauan, yang terdiri atas tokoh dan perwakilan lintas agama itu, sebelumnya diterima oleh Direktur Taman Safari Indonesia Drs Jansen Manansang MSc dan ibu yang juga ikut dalam kegiatan penghijauan tersebut.

Ia menjelaskan aksi itu dilakukan terkait Hari Lingkungan se-Dunia 2016, yang puncaknya telah dilaksanakan secara nasional pada 5 Juni lalu.

Jenis tanaman keras yang ditanam di antaranya, nangka (artocarpus heterophyllus ), rambutan (Nephuloium lapaceum ), duku (Nephulium lapcaeum ), durian (Durio zibethinus ), rasamala (Valingia exelsa ) dan beberapa jenis tanaman keras lainnya.

Salah satu peserta, yakni Uskup Bogor Mgr Pakalis Bruno Syukur OFM dalam kesempatan itu mengatakan "Pohon pohon, binatang binatang adalah saudara kita, semoga saudara tanaman ini dapat bertumbuh dengan baik, dan generasi mendatang kita masih bisa melihatnya", ujarnya singkat diselingi gelak tawa dari peserta lainnya,

Sementara itu, Direktur TSI Cisarua Jansen Manansang menambahkan selain menjaga lingkungan sekitar agar tetap asri, penghijuan itu juga dimaksudkan agar lingkungan lebih sejuk.

"Sehingga tanaman pun mampu menyerap karbondioksida dan kemudian dilepas kembali menjadi oksigen," katanya.

Dalam rangkaian memperingati Hari Lingkungan se-Dunia 2016, TSI Cisarua juga melepasliarkan 40 burung jalak putih (Sturnus melanopterus) yang bertujuan untuk mengembalikan serta meningkatkan populasi satwa tersebut di alam.

Pelepasliaran burung jalak putih itu dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan jajarannya, Ketua Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI), beberapa lembaga konservasi (LK) dan LSM di Cisarua, pada Sabtu (11/6).

"Pelepasliaran ini bertujuan untuk mengembalikan serta meningkatkan populasi jalak putih di alam," kata Direktur TSI lainnya Cisarua Tony Sumampau.

Ia mengatakan, jalak putih merupakan burung endemik Indonesia, yang habitatnya berada di Jawa, Bali dan sebagian Nusa Tenggara Barat.

Status burung tersebut dilindungi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta tertuang dalam Undang-Undang No 5/1994 burung itu dinyatakan berstatus kritis atau "critically endangered" oleh Badan Dunia Untuk Perlindungan Alam (International Union for Conservation of Nature/IUCN).

"Keberadaannya semakin terancam oleh hilangnya habitat serta maraknya perburuan liar," katanya.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016