Jakarta (Antara Megapolitan) - Badan Metorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berperan aktif pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI), dengan menampilkan informasi cuaca, iklim dan gempa bumi untuk lebih mempromosikan kepada masyarakat luas.
Sekretaris Utama BMKG Widada Sulistya sebagai nara sumber yang juga salah satu anggota dalam kelompok kerja Kekeringan Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) memaparkan presentasinya yang bertema Menuju Risk Base Warning`di Aula Timur ITB.
Widada juga memaparkan secara detail mulai dari grafik bencana di Indonesia dari tahun 1815-2016 (201 tahun), potensi bencana di Indonesia yang disebabkan oleh meteorologi, geofisika dan hidrologi (puting beliung, tanah longsor, dan banjir).
Selain itu juga menjelaskan peta indeks ancaman bencana di Indonesia serta sistem peringatan dini MEWS, InaTEWS dan CEWS yang dimiliki BMKG untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat apabila terjadi bencana untuk melakukan evakuasi.
Tahun 2016 ini merupakan tahun ketiga terbentuknya IABI, dan pada Senin (23/5) bertempat di Sabuga ITB diselenggarakan penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-3, yang memiliki agenda untuk menghasilkan suatu rumusan terkait Absolute Risk dan Emerging Risk.
Indonesia sebagai negara Kepulauan yang diakui oleh berbagai ahli kebencanaan dunia sebagai wilayah yang unik. Keunikannya antara lain sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap berbagai ancaman, baik bahaya alami maupun non-alam .Sedangkan kondisi lingkungan alam kita semakin rusak akibat degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Sekretaris Utama BMKG Widada Sulistya sebagai nara sumber yang juga salah satu anggota dalam kelompok kerja Kekeringan Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI) memaparkan presentasinya yang bertema Menuju Risk Base Warning`di Aula Timur ITB.
Widada juga memaparkan secara detail mulai dari grafik bencana di Indonesia dari tahun 1815-2016 (201 tahun), potensi bencana di Indonesia yang disebabkan oleh meteorologi, geofisika dan hidrologi (puting beliung, tanah longsor, dan banjir).
Selain itu juga menjelaskan peta indeks ancaman bencana di Indonesia serta sistem peringatan dini MEWS, InaTEWS dan CEWS yang dimiliki BMKG untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat apabila terjadi bencana untuk melakukan evakuasi.
Tahun 2016 ini merupakan tahun ketiga terbentuknya IABI, dan pada Senin (23/5) bertempat di Sabuga ITB diselenggarakan penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-3, yang memiliki agenda untuk menghasilkan suatu rumusan terkait Absolute Risk dan Emerging Risk.
Indonesia sebagai negara Kepulauan yang diakui oleh berbagai ahli kebencanaan dunia sebagai wilayah yang unik. Keunikannya antara lain sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap berbagai ancaman, baik bahaya alami maupun non-alam .Sedangkan kondisi lingkungan alam kita semakin rusak akibat degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
Melihat kondisi alam tersebut yang rawan dengan potensi bencana tergeraklah hati para praktisi, akademisi, birokrat,lembaga riset dan anggota masyarakat membentuk sebuah organisasi untuk mewadahi informasi sebaran dari para peneliti dengan keahliannya dalam penanggulangan bencana, dan sebagai wadah bagi para pengambil kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia.
Sementara itu Pimpinan Humas BMKG Wahyu Adji mengatakan bentuk partisiapasi BMKG lainnya yaitu dengan membuka stand pameran yang menampilkan produk BMKG, meliputi informasi cuaca, iklim dan gempa bumi untuk mempomosikan kepada masyarakat luas informasi apa saja yang dapat dimanfaatkan dan tersedia di BMKG.
Sementara itu Pimpinan Humas BMKG Wahyu Adji mengatakan bentuk partisiapasi BMKG lainnya yaitu dengan membuka stand pameran yang menampilkan produk BMKG, meliputi informasi cuaca, iklim dan gempa bumi untuk mempomosikan kepada masyarakat luas informasi apa saja yang dapat dimanfaatkan dan tersedia di BMKG.
Editor : Feru Lantara
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016