Karawang (Antara Megapolitan) - PT Pupuk Kujang memutuskan untuk mengurangi produksi pupuk nonsubsidi, karena di pasaran ternyata kalah bersaing dengan pupuk asal China.

"Saat ini kita fokuskan memproduksi pupuk bersubsidi. Jika dipaksakan produksi pupuk nonsubsidi, maka akan merugi," kata Superintendent Informasi dan Komunikasi Departemen Humas PT Pupuk Kujang, Aby Radityo di Karawang, Senin.

Meski dipasarkan di dalam negeri Indonesia, pupuk nonsubsidi yang diproduksi PT Pupuk Kujang kalah bersaing dengan pupuk yang berasal dari China.

Pupuk asal China itu dikatakannya, jauh lebih murah dibandingkan dengan pupuk yang telah diproduksi PT Pupuk Kujang.

Ia mengatakan, harga penjualan pupuk itu berdasarkan dengan harga operasional dan bahan baku pupuk.

Pupuk yang diproduksi PT Pupuk Kujang terasa mahal, karena harga harga gas-nya memang mahal. Sedangkan di China, gas untuk memproduksi pupuk cukup murah.

Akibat memfokuskan produksi pupuk bersubsidi, kini stok pupuk untuk petani cukup melimpah. Bahkan, terdapat ribuan ton pupuk bersubsidi yang tersimpan di jalan raya kawasan pabrik PT Pupuk kujang.

"Stok pupuk urea sangat aman, mencapai 178.681 ton," kata dia.

Ia mengatakan, stok pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan petani di Jawa Barat dan Banten tersebut kini tersimpan di gudang-gudang milik PT Pupuk Kujang.

Di antaranya tersimpan di gudang pupuk sekitar pabrik serta gudang lini III yang berlokasi di kabupaten-kabupaten. Untuk stok pupuk yang tersimpan di gudang pabrik mencapai 78.208 ton pupuk.

"Kalau stok pupuk urea yang tersimpan di gudang lini III wilayah Jabar dan Banten, totalnya mencapai 100.471 ton," ujarnya.

Dari 100.471 ton tersebut, sekitar 85.775 ton pupuk urea berada di kabupaten sekitar Jawa Barat, dan sisanya sebanyak 14.696 ton tersimpan di gudang lini III sekitar Banten.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016