Penasihat Unit Kegiatan Khusus Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UKK PPM) SMART CITY Universitas Indonesia (UI), Ahmad Gamal menyatakan dalam mengembangkan ekosistem inovasi pertanian diperlukan kolaborasi antara universitas dengan berbagai industri di wilayah sekitarnya.

"Peran universitas dalam upaya menghilirisasi dan mengkomersialkan hasil riset akan sulit dilaksanakan tanpa kerja sama ini," kata Ahmad Gamal dalam keterangannya di Depok, Jawa Barat, Senin.

Selain bermanfaat bagi kalangan perguruan tinggi di Indonesia, hasil penelitian ini dimaksudkan menjadi masukan untuk pembuatan desain penelitian, memajukan prioritas pembelajaran pendidikan global, dan memperkuat ekosistem bukti untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk kebijakan.

Baca juga: Mahasiswa FTUI rancang "software" tingkatkan produktivitas pertanian

Dikatakannya, perguruan tinggi merupakan aktor dengan peran terbanyak di ekosistem inovasi, namun sayangnya tiap-tiap institusi masih bekerja sendiri. Beberapa peserta bahkan menyebutkan “ego sektoral” sebagai salah satu faktor penghambat kolaborasi antara aktor.

Selain itu, diutarakan pula mengenai birokrasi atau administrasi yang menyulitkan dari pemangku kebijakan, minimnya regulasi yang mengatur terkait kolaborasi antar pemangku kepentingan, serta tidak adanya alokasi pendanaan yang berkelanjutan sebagai penghambat lainnya.

Sementara itu CEO PT Botani Seed Indonesia Ir. Dadang Syamsul Munir memaparkan bahwa perguruan tinggi bisa menjadi perantara antara kampus dengan industri dengan mendirikan Science Techno Park sebagai hub Pengembangan Platform Inovasi.

Baca juga: Mahasiswa FTUI berhasil raih 'gold medal' hasil inovasi atasi krisis air Jakarta

Sehingga universitas dapat terhubung dengan pemerintah dalam rangka dukungan anggaran, informasi, hingga kebijakan serta kerja sama dengan industri, yang berdampak pada pertumbuhan industri, sehingga universitas akan lebih menciptakan inovasi yang sesuai dengan tuntutan pasar.

"Techno Park dapat menjadi sebuah tempat di mana inovasi tersistem dan menghimpun berbagai kapabilitas teknologi yang menghubungkan industri dengan universitas bersama pemerintah untuk mengembangkan inovasi daerah," katanya lagi.

Kepala Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Bandung Barat Tuti Haryanti S.T., M.Si, memaparkan mengenai inovasi Smart Farming, upaya mendorong efisiensi pertanian dan menghadapi ancaman krisis pangan oleh pemerintah melalui penyediaan komoditas pangan lokal.

Baca juga: Inovasi industri kelapa sawit agar bisa tangani krisis energi dunia

Digitalisasi dilakukan dalam bidang pertanian agar sejalan dengan Revolusi 4.0. Ini diperlukan mengingat minat warga berusia 18-45 tahun terhadap pertanian masih rendah dan mengakibatkan aging farmer dengan banyak petani dari kelompok usia tua.

Menurutnya, Smart Farming dapat mengatasi fenomena aging farmer dengan meningkatkan minat masyarakat dari kelompok muda.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022