Bogor (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto akhirnya menemui para sopir angkot yang melakukan unjuk rasa dan mendengarkan aspirasinya di Balai Kota, Kamis.

Bima menemui para sopir setelah menggelar rapat dengan DLLAJ, Organda dan perwakilan dari GIZ terkait tuntutan para sopir.

"Saya minta maaf karena kemarin belum bisa menemui, intinya Pemkot Bogor sangat terbuka terhadap aspirasi yang disampaikan dengan cara yang tepat," kata Bima.

Dalam pertemuan tersebut, sejumlah perwakilan sopir dari trayek 02, 09, 13 dan 23 satu persatu menyampaikan aspirasinya di hadapan wali kota.

Aspirasi yang mereka sampaikan terkait status SSA apakah tetap dilanjutkan atau dibatalkan, mereka juga menyampaikan adanya tumpang tindih trayek yang memicu keributan antar sopir, serta menurunnya setoran, dan kekhawatiran akan laju kendaraan di Jl Otista dan Jl Juanda sejak ada SSA.

Usai mendengarkan aspirasi para supir, Bima menyampaikan dirinya siap menerima kedatangan para sopir yang menyampaikan aspirasinya dengan cara yang tepat. Tetapi, jika cara-cara yang digunakan kurang tepat dengan melakukan sweeping, menurunkan penumpang, dan melakukan pengerusakan, pihaknya tidak segan untuk memproses secara hukum.

"Kalau ada yang mau disampaikan kita terima sebagai aspirasi, tapi kalau sudah menggunakan kekerasan itu namanya sudah kelewatan," kata Bima mengkritisi sikap para sopir.

Ia mengatakan sebelum diberlakukan sistem satu arah, Kota Bogor dikenal sebagai kota termacet, dikeluhkan banyak warga dan para sopir yang mengeluhkan setorannya berkurang.

"Semua mengeluh, kalau tidak ada reformasi angkutan umum, warga dirugikan oleh macet, pemilik angkot dirugikan karena setoran turun, sopir dirugikan karena tuntutan setoran," katanya.

Menurutnya, kondisi tersebut dikarenakan sistem yang sudah sakit sehingga perlu perubahan dengan kebijakan yang berani mengambil risiko agar Bogor tidak lagi dikatakan sebagai kota termacet.

"Konsep penataan transportasi telah disusun, setelah SSA akan ada rerouting angkot, dan marger dari angkot ke bus. Ini dilakukan bertahap, ke depan sopir angkot akan digaji dengan sistem transportasi yang baru," katanya.

Ia mengatakan warga Bogor dan juga para sopir harus berikhtiar memperbaiki sistem yang sudah sakit tersebut. Dengan pembenahan yang dilakukan, ke depan jalanan Bogor akan lancar, para sopir tidak akan bersaing dan bangga dengan kendaraan yang digunakan karena nyaman dan aman.

"Kita membutuhkan 400 bus. Bus akan dikonversi dari angkot, ada bus ada juga angkot yang tetap beroperasi," katanya.

Bima menambahkan, sistem satu arah adalah langkah awal dari reformasi transporatsi di Kota Bogor.

"SSA belum sempurna, masih ada langkah-langkah pembenahan setelah SSA, rerouting harus dipercepat, trayek diatur berdasarkan kesepakatan bersama organda dan juga para sopir," katanya.

Unjuk rasa menolak diberlakukan SSA kembali dilanjutkan oleh para sopir yang tergabung dalam Komunitas Sopir Angkot, setelah sehari sebelumnya aksi serupa juga terjadi dan berdampak pada sejumlah penumpang angkutan telantar tidak terlayani.

Usai berdialog dan menemui para sopir angkot, Wali Kota Bogor mengundang perwakilan para sopir untuk berdialog dengannya terkait penataan transportasi. Namun, para sopir menolak tawaran tersebut dan memilih tetap bertahan melakukan aksi.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016