PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Orang yang tinggal di negara yang terpengaruh konflik tiga kali lebih mungkin untuk kelaparan dibandingkan dengan mereka yang tinggal di negara berkembang, kata Kepala Badan Pangan PBB Graziano da Silva.
Bukan hanya negara yang dirongrong konflik rentan terhadap kondisi rawan pangan, kondisi tersebut juga membuat konflik bertambah parah, kata da Silva, Direktur Jenderal Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO), kepada Dewan Keamanan PBB, Selasa (29/3).
"Kami tahu berbagai tindakan untuk meningkatkan keamanan pangan dapat membantu mencegah krisis, meringankan dampaknya dan mendorong penyembuhan dan pemulihan pasca-krisis," kata da Silva, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Kepala FAO itu mengatakan ada banyak contoh saat ini di berbagai negara tempat kekurangan pangan berkaitan dengan konflik, termasuk di Suriah, Yaman, Sudan Selatan dan Somalia.
Walaupun banyak petani Suriah telah meninggalkan lahan mereka, da Silva mengatakan bahwa mendukung petani yang tersisa "penting guna mencegah makin parahnya pengungsian dan menetapkan landasan bagi pembangunan kembali (Suriah)."
Da Silva berbicara di Dewan Keamanan dalam pertemuan tertutup "formula-Arria". Itu adalah untuk pertama kali FAO terlibat dalam pertemuan semacam itu.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Bukan hanya negara yang dirongrong konflik rentan terhadap kondisi rawan pangan, kondisi tersebut juga membuat konflik bertambah parah, kata da Silva, Direktur Jenderal Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO), kepada Dewan Keamanan PBB, Selasa (29/3).
"Kami tahu berbagai tindakan untuk meningkatkan keamanan pangan dapat membantu mencegah krisis, meringankan dampaknya dan mendorong penyembuhan dan pemulihan pasca-krisis," kata da Silva, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Kepala FAO itu mengatakan ada banyak contoh saat ini di berbagai negara tempat kekurangan pangan berkaitan dengan konflik, termasuk di Suriah, Yaman, Sudan Selatan dan Somalia.
Walaupun banyak petani Suriah telah meninggalkan lahan mereka, da Silva mengatakan bahwa mendukung petani yang tersisa "penting guna mencegah makin parahnya pengungsian dan menetapkan landasan bagi pembangunan kembali (Suriah)."
Da Silva berbicara di Dewan Keamanan dalam pertemuan tertutup "formula-Arria". Itu adalah untuk pertama kali FAO terlibat dalam pertemuan semacam itu.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016