Sukabumi (Antara Megapolitan) - Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan (DP2KP) Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengerahkan petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk membantu menyerap gabah petani.

"Pengerahan PPL ini bertujuan untuk menghambat para tengkulak mengambil untung dari petani, karena selama ini gabah yang diproduksi oleh petani dihargai tengkulak lebih murah dibanding harga pembelian pemerintah (HPP) sehingga petani tidak bisa menikmati hasil panennya," kata Seketaris DP2KP Kota Sukabumi Ate Rahmat di Sukabumi, Rabu.

Menurut Ate, petani bebas menjual hasil panennya ke mana saja, namun jika tengkulak menghargai gabah petani di bawah Rp3.700 setiap kilogramnya alangkah baiknya gabah tersebut dijual ke Badan Urusan Logistik (Bulog) yang dibantu oleh PPL untuk mempercepat penyerapan gabah kering panen.

Lebih lanjut, tugas dan fungsi PPL adalah mengonfirmasikan ke Bulog agar bisa menerima gabah petani sesuai HPP.

Pengerahan PPL itu juga merupakan tindak lanjut dari progam Kementerian Pertanian RI yakni gerakan serap gabah yang belum lama ini diluncurkan di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

"Langkah serap gabah ini merupakan progam yang sangat bisa membantu sekaligus melindungi petani dan yang terpenting dengan diserapnya gabah oleh pemerintah melalui Bulog, maka harga beras di pasaran pun diyakini bisa stabil karena tidak akan disetir oleh tengkulak," tambahnya.

Di sisi lain, Ate mengatakan Kota Sukabumi merupakan salah satu daerah di Jabar yang tertinggi produksi gabah kering panennya namun karena lahan pertanian yang terbatas dan banyaknya alih fungsi, sehingga pasokan pangan sangat mengandalkan dari daerah lain seperti Kabupaten Sukabumi.

Adapun produksi gabah kering panen setiap hektarenya rata-rata mencapai 6,5 ton-6,7 ton.

Jika dibandingkan dengan kebutuhan pangan masyarakat produksi gabah kering panen produksinya baru bisa memenuhi 30 persen kebutuhan masyarakat.

"Kebutuhan masyarakat mencapai 50 ribu ton pertahun, tetapi Kota Sukabumi baru bisa memproduksi gabah kering panen hanya 15 ribu ton/tahun," katanya.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016