Bekasi (Antara Megapolitan) - Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3KB) Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatat sebanyak 52.511 pasangan di wilayah setempat telah mengikuti program Keluarga Berencana sepanjang 2015.

"Jumlah itu mendekati target yang kita patok sebanyak 53.079 pasangan. Yang belum berjumlah 568 pasangan," kata Kasi Pengolahan data dan Pelaporan data , Mini Aminah, di Bekasi, Jumat.

Menurutnya, pasangan usia subur (PUS) di Kota Bekasi masih ada yang enggan mengikuti program keluarga berencana (KB) karena sejumlah alasan.

Mini mengatakan, ada dua alat kontrasepsi yang menjadi pilihan pasangan usia subur untuk mengikuti KB, yakni alat kontrasepsi jenis suntik, dan ada juga jenis spiral.

"Hampir sebagian besar faktor yang menyebabkan minimnya peminat program KB itu karena kekhawatiran efek samping KB. Sebab, banyak ukuran rahim yang tidak sesuai dengan alat kontrasepsi jenis spiral," katanya.

Mini mengatakan, sebagian rahim wanita ada yang sensitif terhadap penggunaan KB spiral, sehingga mereka enggan beralih ke program suntik.

"Penggunaan KB jarum suntik banyak efek samping yang diterima pasangan tersebut. Biasanya takut gemuk, bila memakai kontrasepsi jenis jarum suntik," katanya.

Sebagain besar kaum wanita juga merasa enggan dirisihkan dengan pemeriksaan rutin program KB suntik, karena harus dilakukan setiap hari, satu bulan sampai tiga bulan.

"Kalau jenis spiral, harus dilakukan pemeriksaan delapan tahun. Meski awet, tapi pemasangan kontrasepsi ini harus melihat kesehatan si istri," katanya.

Pihaknya mencatat, mayortas peserta KB paling banyak berasal dari Kecamatan Pondok Melati, Kecamatan Bekasi Barat, dan Kecamatan Bekasi Utara.

"Rata-rata peserta KB tersebut hanya ingin memiliki dua orang anak. Ada pula masyarakat berusia 25 tahun ke atas karena memilih untuk tidak memiliki keturunan dulu, dan memilih untuk berkarir," katanya.
(Adv).

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016