Sukabumi, 21/6 (ANTARA) - Kepala Taman Nasional Gunung Halimun Salak Agus Priambudi mengatakan untuk memperbaiki habitat yang rusak di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, membutuhkan waktu paling lama satu tahun.

"Perbaikan habitat di lokasi jatuhnya pesawat butuh waktu satu tahun saja paling lama," kata Agus kepadan ANTARA, Kamis.

Menurut Agus, dari hasil pendataan, hutan yang rusak akibat kejadian itu sekitar 100 hektare. Namun, untuk di titik jatuhnya pesawat hanya beberapa hektar saja. Lebih lanjut, untuk pohon keras yang rusak hanya berjumlah 104 batang.

"Kerusakan habitat masih dalam kategori rusak ringan, mayoritas hutan yang rusak diakibatkan karena saat evakuasi dan pembuatan helipad atau landasan udara Puncak Salak I," tambahnya.

Dikatakan Agus, cepatnya rehabilitasi habitat yang rusak karena lokasi jatuhnya pesawat merupakan bukan jalur pendakian. Selain itu, tidak perlu adanya reboisasi atau penanaman pohon karena Gunung Salak merupakan hutan hujan tropis yang mampu mengembalikan kondisi hutannya sendiri.

Akan tetapi, lanjut dia, untuk mengembalikan tanaman keras yang rusak akibat kejadian jatuhnya pesawat tersebut, membutuhkan waktu sekitar 20 tahun, sementara untuk bangkai pesawat yang tidak evakuasi tidak akan mengganggu habitat.

"Dari hasil pemantauan, hewan yang mendiami kawasan Gunung Salak sudah mulai kembali ke lokasi jatuhnya pesawat, seperti macan tutul, elang jawa, dan monyet karena jatuhnya pesawat itu tidak mengganggu keberadaan habitat fauna," demikian Agus.


Aditya

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012