Bogor (Antara Megapolitan) - Pusat penelitian SEAMEO Biotrop Bogor, Jawa Barat saat ini tengah mengembangkan olahan jamur tiram menjadi kudapan yang banyak diminati oleh masyarakat seperti kripik jamur dan nuget.
Menurut Ramdani, Kepala Juru Masak Jamur Tiram SEAMEO Biotrop dalam kunjungan silaturahmi Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Pensiunan Antara (YKKPA) di Bogor, Selasa bahwa olahan jamur tiram sudah dikembangkan sejak dua tahun lalu.
"Awalnya dari budidaya jamur tiram yang kita lakukan, kita coba kembangkan olahan jamur tiram menjadi kripik jamur dan nuget jamur. Ternyata permintaannya cukup banyak, bahkan kita kesulitan memenuhi permintaan pasar," kata Ramdani.
Ia mengatakan dalam satu hari produksi jamur tiram yang dihasilkan dari kumbung Biotrop sebanyak 15 kg, diolah menjadi kripik menggunakan bahan baku yang berkualiat serta cara penyajian yang memenuhi standar kesehatan.
"Dari 15 kg itu dapat menghasilkan 30 bungkus ukuran besar (200 gram) dan 60 bungkus ukuran kecil," katanya.
Ia mengatakan jamur tiram yang sudah diolah menjadi kripik dipasarkan ke sejumlah toko ataupun distributor yang sudah menjalin kerja sama dengan SEAMEO Biotrop. Tercatat ada sekitar 10 toko yang menjadi distributor kripik jamur olahan Biotrop.
"Kripik jamur produksi Biotrop sudah memiliki merk dagang yakni Gumbira, dilengkapi sertifikat halal dari MUI dan nomor P-IRT dari Dinas Kesehatan," katanya.
Kripik jamur tiram produksi Biotrop ini dijual seharga Rp25 ribu untuk ukuran besar atau 200 gram dan Rp10 ribu untuk ukuran kecil kurang dari 200 gram. Bila membeli dari pihak ketiga harga jual bisa mencapai Rp30 ribu.
"Kami menerima pembelian langsung, jika masyarakat ingin membeli langsung dari Biotrop juga bisa dalam jumlah sedikit atau banyak juga kami layani," katanya.
Seperti hari ini, dia menerima pesanan 200 bungkus kripik jamur ukuran kecil dari salah satu distributornya salah satu rumah sakit swasta yang ada di wilayah Kota Bogor.
Dikatakannya, budidaya jamur tiram paling diminati oleh masyarakat.
Banyak masyarakat yang datang dari berbagai wilayah baik di Bogor maupun luar Bogor untuk belajar budidaya di Biotrop.
Mereka datang dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum, sekolah, perguruan tinggi, komunitas maupun perkumpulan pengajian.
"Selain belajar budidaya juga belajar untuk membuat olahan jamur tiramnya, saat ini permintaan olahan jamur tiram yang paling banyak adalah kripik dibandingkan nuget," kata dia.
Ketua Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Pensiunan Antara, Wawan Indrawan mengatakan silaturahmi yang berlangsung di SEAMEO Biotrop dalam rangka bertukar informasi terutama dalam pengembangan teknologi yang dihasilkan pusat penelitian Biologi Tropical tersebut, yang dapat diterapkan secara luas di masyarakat.
"Kunjungan ini juga dalam rangka penjajakan kerja sama dalam pengembangan "soft skill" teman-teman pesiunan Antara yang sekiranya dapat menjadi bisnis sampingan agar dapat tetap aktif di masyarakat, mengingat Biotrop menyediakan konten ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Direktur SEAMEO Biotrop, Irdikan Mansur menyambut baik kedatangan rombongan YKKPA yang terdiri dari jajaran pengurus yayasan, keluarga pesiunan Antara, perwakilan ombudsman LKBN Antara, serta dari PT Indocemet Tbk.
"Biotrop perlu berkolaborasi agar teknologi yang telah kami kembangkan ini tersampaikan kepada masyarakat secara cepat," katanya.
Irdika menambahkan, SEAMEO Biotrop telah banyak menghasilkan teknologi-teknologi dalam bidang biologi tropikal, seperti kultur jaringan tanaman jati, jabon, pisang cavendis, dan rumput laut. Dalam setahun, pusat penelitian berskala internasional tersebut telah dikunjungi hingga 2.500 orang yang datang dari berbagai kalangan seperti sekolah, peserta magang, maupun masyarakat dan lembaga atau yayasan.
"Kami juga memiliki pengembangan budidaya jamur tiram dan jamur kuping yang paling banyak diminati oleh masyarakat untuk berlatih bersama kami," katanya.
***3***
(T.KR-LR/C/S027/S027) 09-02-2016 17:59:36
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Menurut Ramdani, Kepala Juru Masak Jamur Tiram SEAMEO Biotrop dalam kunjungan silaturahmi Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Pensiunan Antara (YKKPA) di Bogor, Selasa bahwa olahan jamur tiram sudah dikembangkan sejak dua tahun lalu.
"Awalnya dari budidaya jamur tiram yang kita lakukan, kita coba kembangkan olahan jamur tiram menjadi kripik jamur dan nuget jamur. Ternyata permintaannya cukup banyak, bahkan kita kesulitan memenuhi permintaan pasar," kata Ramdani.
Ia mengatakan dalam satu hari produksi jamur tiram yang dihasilkan dari kumbung Biotrop sebanyak 15 kg, diolah menjadi kripik menggunakan bahan baku yang berkualiat serta cara penyajian yang memenuhi standar kesehatan.
"Dari 15 kg itu dapat menghasilkan 30 bungkus ukuran besar (200 gram) dan 60 bungkus ukuran kecil," katanya.
Ia mengatakan jamur tiram yang sudah diolah menjadi kripik dipasarkan ke sejumlah toko ataupun distributor yang sudah menjalin kerja sama dengan SEAMEO Biotrop. Tercatat ada sekitar 10 toko yang menjadi distributor kripik jamur olahan Biotrop.
"Kripik jamur produksi Biotrop sudah memiliki merk dagang yakni Gumbira, dilengkapi sertifikat halal dari MUI dan nomor P-IRT dari Dinas Kesehatan," katanya.
Kripik jamur tiram produksi Biotrop ini dijual seharga Rp25 ribu untuk ukuran besar atau 200 gram dan Rp10 ribu untuk ukuran kecil kurang dari 200 gram. Bila membeli dari pihak ketiga harga jual bisa mencapai Rp30 ribu.
"Kami menerima pembelian langsung, jika masyarakat ingin membeli langsung dari Biotrop juga bisa dalam jumlah sedikit atau banyak juga kami layani," katanya.
Seperti hari ini, dia menerima pesanan 200 bungkus kripik jamur ukuran kecil dari salah satu distributornya salah satu rumah sakit swasta yang ada di wilayah Kota Bogor.
Dikatakannya, budidaya jamur tiram paling diminati oleh masyarakat.
Banyak masyarakat yang datang dari berbagai wilayah baik di Bogor maupun luar Bogor untuk belajar budidaya di Biotrop.
Mereka datang dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum, sekolah, perguruan tinggi, komunitas maupun perkumpulan pengajian.
"Selain belajar budidaya juga belajar untuk membuat olahan jamur tiramnya, saat ini permintaan olahan jamur tiram yang paling banyak adalah kripik dibandingkan nuget," kata dia.
Ketua Yayasan Kesejahteraan Karyawan dan Pensiunan Antara, Wawan Indrawan mengatakan silaturahmi yang berlangsung di SEAMEO Biotrop dalam rangka bertukar informasi terutama dalam pengembangan teknologi yang dihasilkan pusat penelitian Biologi Tropical tersebut, yang dapat diterapkan secara luas di masyarakat.
"Kunjungan ini juga dalam rangka penjajakan kerja sama dalam pengembangan "soft skill" teman-teman pesiunan Antara yang sekiranya dapat menjadi bisnis sampingan agar dapat tetap aktif di masyarakat, mengingat Biotrop menyediakan konten ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Direktur SEAMEO Biotrop, Irdikan Mansur menyambut baik kedatangan rombongan YKKPA yang terdiri dari jajaran pengurus yayasan, keluarga pesiunan Antara, perwakilan ombudsman LKBN Antara, serta dari PT Indocemet Tbk.
"Biotrop perlu berkolaborasi agar teknologi yang telah kami kembangkan ini tersampaikan kepada masyarakat secara cepat," katanya.
Irdika menambahkan, SEAMEO Biotrop telah banyak menghasilkan teknologi-teknologi dalam bidang biologi tropikal, seperti kultur jaringan tanaman jati, jabon, pisang cavendis, dan rumput laut. Dalam setahun, pusat penelitian berskala internasional tersebut telah dikunjungi hingga 2.500 orang yang datang dari berbagai kalangan seperti sekolah, peserta magang, maupun masyarakat dan lembaga atau yayasan.
"Kami juga memiliki pengembangan budidaya jamur tiram dan jamur kuping yang paling banyak diminati oleh masyarakat untuk berlatih bersama kami," katanya.
***3***
(T.KR-LR/C/S027/S027) 09-02-2016 17:59:36
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016