Komandan Distrik Militer 0606 Kota Bogor, Kolonel Inf Roby Bulan menyatakan bahwa Satuan Tugas COVID-19 Kota Bogor mengikuti arahan Presiden Joko Widodo untuk menuntaskan vaksinasi satu, dua dan penguat, dalam mencegah penyebaran varian Omicron.

Roby Bulan di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa, mengatakan Satgas COVID-19 Kota Bogor akan lebih menyosialisasikan vaksinasi kepada masyarakat melalui berbagai cara, salah satunya imbauan-imbauan.

Menurutnya, seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo masyarakat perlu paham bahwa vaksinasi setidaknya dapat mengurangi dampak saat terinfeksi COVID-19, karena dapat melawan virus aktif dari dalam tubuh.

Baca juga: Kota Bogor buka sentra layanan vaksinasi penguat bagi petugas publik pada Jumat

Oleh karena itu, Roby pun mengajak masyarakat segera melaksanakan vaksinasi dan tetap menjaga protokol kesehatan dan diharapkan, masyarakat mau divaksin hingga vaksin penguat bagi yang telah memenuhi syarat jarak waktu enam bulan dari vaksinasi kedua.

Kemudian, bagi warga lanjut usia diminta tidak banyak keluar rumah karena sedang ada peningkatan kasus positif COVID-19 di Kota Bogor.

"Saya optimis Insya Allah Omicron di Kota Bogor terkendali karena ada penurunan kasus per harinya," katanya.

Hal tersebut, kata Roby, menindaklanjuti arahan Presiden Jokowi terkait penanganan Omicron di Indonesia secara virtual kepada seluruh kepala daerah se-Indonesia, Senin (7/2), yang turut disaksikan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto didampingi, Danrem 061 Suryakancana Brigjen TNI Achmad Fauzi, Dandim 0606 Kota Bogor, Kolonel Inf Roby Bulan dan Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro di Paseban Suradipati, Balai Kota Bogor.

Baca juga: Vaksinasi booster mulai dilakukan pada warga lansia di Kota Bogor

Presiden mengatakan pandemi belum sepenuhnya berakhir, meskipun di 2020 dan 2021 Indonesia bisa melewati gelombang demi gelombang, termasuk yang terakhir gelombang varian Delta dengan kerja dan bergotong royong bersama-sama membentengi dengan baik.

Memasuki 2022, Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan varian Omicron yang penyebarannya lebih cepat empat kali lipat dari varian Delta. Jika melihat kasus Omicron di dunia, seperti di Amerika, Inggris, Perancis, kasus barunya masih sangat tinggi untuk Omicron.

"Belajar dari negara lain, kita ingin menangani varian Omicron di negara Indonesia dengan manajemen yang lebih baik dari saat menangani varian delta di 2020 dan 2021," ujar Presiden.

Jokowi mengatakan, tren kasus Omicron di Indonesia sampai saat ini 93 persen kasusnya ada di Jawa dan Bali. Hal yang patut disyukuri yakni tingkat perawatannya rendah, penggunaan ICU juga masih rendah, kematian juga sangat rendah jika dibandingkan varian delta. Namun untuk DKI Jakarta, Jabar, Jateng, harus berhati-hati karena tren kasusnya terus naik.

"Kami memperkirakan setelah Jawa Bali 3-4 minggu gelombang Omicron ini akan meluas keluar dari Jawa Bali. Sehingga semuanya harus siap secara detail. Jangan sampai Omicronnya datang, RS belum siap, oksigen, obat-obatan belum disiapkan. Jadi segera siapkan diri menghadapi gelombang Omicron," katanya.

Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil pastikan Jabar masih aman meski 14 orang positif Omicorn

Jokowi menjelaskan, karakter pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional 93 persen tanpa komorbid dan 7 persen dengan penyakit penyerta (komorbid). Ia menegaskan pasien bergejala ringan dan tanpa gejala prioritaskan untuk isolasi mandiri, sementara rumah sakit hanya diperuntukkan yang bergejala sedang, berat dan kritis.

Ia melanjutkan, karakter pasien yang meninggal dunia akibat omicron 69 persen karena belum vaksin lengkap. Tak ayal, vaksin menjadi kunci penanganan Omicron untuk mencegah kematian.

"Kunci penanganan Omicron percepatan vaksinasi dan meningkatkan kembali Protokol kesehatan utamanya memakai masker," kata dia.
 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022