Bogor, (Antara Megapolitan) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memprediksikan musim hujan akan masuk di wilayah Bogor pada akhir November mendatang.

"Di November sudah ada peluang terjadi datangnya hujan, musim hujan diprediksi masuk akhir November," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga, Dedi Sucahyono, kepada Antara, di Bogor, Selasa.

Dedi mengatakan, gerak semu matahari pengaruh satu bulan, matahari masih berada di atas Bogor pada Minggu ini menyebabkan aktivitas awan konvektif sebulan kemudian, setelah satu bulan mulai ada uap air di atas wilayah Bogor, dan membentuk awan hujan.

"Peluang hujan baru terjadi setelah satu bulan ini," kata dia.

Tapi, lanjut Dedi, karena El Nino yang kuat, hujan yang turun tidak sehebat biasanya terjadi. Hujan yang turun bisa jadi di bawah normal, atau bisa saja normal. Tidak seperti hujan-hujan di musim penghujan yang selama ini terjadi.

"Normalnya bulan November sudah ada hujan dalam satu bulan, ada El Nino akan menunda hujan. Ini akan mengurangi intensitas curah hujan, termasuk besarannya," kata dia.

Dia mengatakan, rata-rata hujan di November berkisar antara 200 hingga 300 mili per bulan, namun selama El Nino ini peluang hujan di bawah 200 mili yakni 100 hingga 150 mili. Diperkirakan hujan berpotensi terjadi dua sampai empat kali dalam 10 hari.

"El Nino masih mempengaruhi sampai Januari, kondisi ini tetap harus diwaspadai terutama pada puncak musim hujan di bulan Februari, ada peluang pergeseran, curah hujan akan lebih tinggi dari biasanya," kata Dedi.

Kondisi ini, lanjut Dedi, karena Samudera Pasifik lebih panas dari biasanya, rata-rata 28 derajat, tiba-tiba meningkat sampai 30 derajat. Berarti El Nino kuat, dibarengi dengan mendinginnya suhu permukaan laut sebelah Barat Sumatera, menjadikan tidak ada uap air yang mengakibatkan kemarau panjang.

"Situasi ini pernah kita alami di tahun 1997 dan 1998," katanya.

Sementara itu, untuk suhu tidak terlalu berpengaruh berkisar antara 32 sampai 33 derajat dengan kelembapan udara 60 hingga 90 persen.

Dedi mengatakan, yang perlu diwaspadai adalah masa transisi dari musim kemarau ke musim penghujan yang diprediksi terjadi pertengahan November. Masa transisi yang dikenal dengan pancaroba kali ini akan diwarnai oleh angin kencang dengan kecepatan 30 knot, petir, serta hujan ekstrim.

"Pancaroba perlu diwaspadai angin kencang, karena perubahan udara dari kering ke basah. Waspadai angin kencang dengan kecepatan bisa maksimal mencapai 30 knot," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Dedi, hujan ekstrem yang terjadi secara lokal juga perlu diwaspadai, terutama di kawasan perbukitan, tebingan dan gunung. Karena ketika hujan dengan intensitas tinggi dapat menimbulkan terjadinya longsor.

"Dikhawatirkan intensitas hujan lokal tinggi, pengaruh perubahan dari kering ke basah menyebabkan tanah labil. Potensi tanah longsor perlu diwaspadai di kawasan gunung, bukit dan tebingan," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015