Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menyusul aksi ambil untung dari kenaikan beberapa sesi sebelumnya, di tengah menguatnya dolar dan laporan laba perusahaan yang positif mendorong selera investor terhadap aset-aset berisiko.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, merosot 13,4 dolar AS atau 0,74 persen, menjadi ditutup pada 1,793,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (25/10/2021), emas berjangka bertambah 10,5 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.806,80 dolar AS.

Emas berjangka terangkat 14,4 dolar AS atau 0,81 persen menjadi 1.796,30 dolar AS pada Jumat (22/10/2021), setelah melemah 3 dolar AS atau 0,17 persen menjadi 1,781,90 dolar AS pada Kamis (21/10/2021), dan melonjak 14,4 dolar AS atau 0,81 persen menjadi 1.784,90 dolar AS pada Rabu (20/10/2021).

"Pergerakan ekuitas yang lebih kuat dari perkiraan, dengan banyak (laporan) laba, mengambil sedikit emas pagi ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
 

Hasil yang kuat dari perusahaan-perusahaan terkait teknologi mendorong indeks acuan S&P 500 ke rekor tertinggi selama sesi, menghilangkan kilau emas sebagai aset safe-haven. Selain itu meredupkan daya tarik emas bagi investor yang memegang mata uang lainnya, indeks dolar menguat 0,1 persen.

Baca juga: Emas menguat ditopang melemahnya imbal hasil AS

Haberkorn mengatakan beberapa pedagang emas dapat membukukan keuntungan dari pergerakan naik baru-baru ini, "dengan ekuitas sekuat mereka."

Pasar analis pasar berpendapat bahwa penurunan emas hanyalah koreksi turun rutin dalam tren naik yang tetap dalam grafik batang harian.

Harga emas telah reli sekitar 2,5 persen selama lima sesi terakhir, didukung oleh kekhawatiran atas inflasi dan ketidakpastian atas langkah-langkah apa yang akan diambil bank sentral untuk memerangi kenaikan harga.

Analis mengatakan emas tidak mungkin menyimpang terlalu jauh dari level teknis utama 1.800 dolar AS per ounce, mengingat fokus pada inflasi. Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi yang umumnya mengikuti pencetakan uang secara luas oleh bank-bank sentral.

Baca juga: Emas tergelincir 3 dolar AS, terseret kenaikan imbal hasil obligasi AS

Fokus minggu ini adalah pada pertemuan bank-bank sentral utama, termasuk pertemuan Bank Sentral Jepang (BoJ) dan Bank Sentral Eropa (ECB) yang dijadwalkan pada Kamis (28/10/2021). Sementara itu, pertemuan kebijakan Federal Reserve AS dijadwalkan untuk minggu depan.

Di sisi teknis, pergerakan di bawah 1.780 dolar akan "terlihat sangat buruk untuk emas, yang telah dalam tren naik sepanjang bulan," kata analis OANDA Craig Erlam dalam sebuah catatan.

Data ekonomi yang dirilis pada Selasa (26/10/2021) juga menekan emas. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah keluarga tunggal baru AS naik ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 800.000 unit pada September setelah turun 1,4 persen pada bulan Agustus. Laju penjualan September adalah yang terkuat sejak penjualan mencapai tingkat tahunan 873.000 pada Maret.

Setelah tiga bulan penurunan, indeks kepercayaan konsumen yang dirilis oleh Conference Board naik menjadi 113,8 pada Oktober dari angka revisi 109,8 pada September.

Baca juga: Harga emas naik 14,4 dolar, dipicu melemahnya dolar dan kekhawatiran inflasi

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 50,4 sen atau 2,05 persen, menjadi ditutup pada 24,088 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 30,9 dolar AS atau 2,9 persen menjadi ditutup pada 1.032,9 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021