Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir memerintahkan BUMN di bidang penjualan pupuk segera menggarap pasar nonsubsidi untuk antisipasi jika pemerintah menghentikan program subsidi.

Erick di Palembang, Minggu, mengatakan, saat ini pangsa pasar pupuk subsidi di Tanah Air mencapai 53 persen dan pupuk komersil 47 persen.

Namun patut dicermati, saat ini pasar pupuk komersil dikuasai oleh produk asing.

“Jika BUMN dari sekarang tidak berupaya pindah ke nonsubsidi maka mereka sendiri yang akan kesulitan nantinya jika subsidi dihentikan,” kata Erick.

Baca juga: Petani Subang atasi serangan hama wereng dengan penguatan nutrisi

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Kementerian BUMN yakni Pupuk Kaltim yang merupakan bagian dari holding Pupuk Indonesia untuk khusus menggarap pasar pupuk nonsubsidi atau pupuk komersil.

Pupuk Kaltim merupakan produsen urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara dengan kapasitas produksi mencapai 3,43 juta ton per tahun.

Dengan besaran kapasitas tersebut, Pupuk Kaltim menjadi salah satu dari lima besar produsen urea terbesar di Asia Pasifik.

Pada 2020, sebanyak 72 persen dari volume penjualan urea Pupuk Kaltim menyasar pasar nonsubsidi domestik dan ekspor, dengan terlebih dahulu memastikan kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

Baca juga: Stok pupuk subsidi di Karawang aman pada musim tanam Oktober-Maret

Terkait upaya meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, Pupuk Indonesia juga memiliki sejumlah strategi yakni melalui program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat).

Program ini sudah dijalankan di sejumlah daerah, salah satunya di Sumsel yang mana berada dalam kendali PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri).

Dari total 40.000 hektare yang dialokasikan pemerintah untuk 28 ribu petani pada program ini, diketahui sebanyak 2.500 hektare berada di Sumsel.

Petani distimulus untuk menggunakan pupuk nonsubsidi sembari dibantu Pusri berupa bibit tanaman dan dicarikan offtaker-nya (pembeli).

Pewarta: Dolly Rosana

Editor : M.Ali Khumaini


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021