Abudabi (Antara/Reuters/Antara Megapolitan) - Arab Saudi memanggil duta besar Ceko untuk memrotes terjemahan baru "Ayat-Ayat Setan" karangan Salman Rushdie, 27 tahun setelah buku tersebut memicu unjuk rasa besar dan ancaman kematian terhadap penulisnya, kata kantor berita SPA.
Dengan mengutip pernyataan sumber dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, kerajaan itu meminta Duta Besar Ceko menghentikan peredaran buku itu, yang dinilai menghina Islam dan Muslim.
Penerbit buku di Praha, Paseka, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak mendengar keluhan apa pun dan 5.000 buku itu, yang diluncurkan pada April, sudah hampir habis terjual.
Direktur Paseka, Filip Mikes, menyatakan menerbitkan 11 judul buku karya Rushdie.
"Kami telah dan akan terus menerbitkan karya Rushdie," katanya menambahkan.
Penerjemah buku "Ayat-Ayat Setan" itu menggunakan nama samaran.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Ceko mengatakan bahwa proses penerbitan buku tersebut telah melalui pembahasan dengan pemerintah Arab Saudi. Duta besarnya pun sudah menjelaskan publikasi buku karya Rushdie di bawah hukum Republik Ceko.
Novel Rushdie itu, yang pertama diterbitkan pada 1988, menyulut kemarahan kalangan Muslim karena dinilai menghujat.
Setahun kemudian, mantan pemimpin tertinggi Iran, almarhum Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa menyeru Muslim membunuh penulis Inggris itu.
Fatwa tersebut memaksa Rushdie hidup dalam persembunyian selama sembilan tahun. Seorang penerjemah Jepang yang mengalihbahasakan novel Rushdie, ditikam mati pada 1991, sementara yang terlibat dalam publikasi novel tersebut juga diserang.
Novel keempat Rushdie yang mendapat penghargaan--dideskripsikan dalam situs web Paseka sebagai karya yang menggelikan dan filosofis--terus menuai protes sporadis sejak kegemparan pertamanya.
Iran sendiri mengancam memboikot "Frankfurt Book Fair" minggu depan karena Rushdie direncanakan memberi pidato pembukaan, ujar seorang juru bicara event perdagangan literatur terbesar di dunia itu.
Agen Rushdie tidak segera menanggapi berbagai permintaan dan protes terkait "Ayat-Ayat Setan" itu, yang diterbitkan dalam Bahasa Ceko.
Penerjemah: Difa/B. Soekapdjo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Dengan mengutip pernyataan sumber dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, kerajaan itu meminta Duta Besar Ceko menghentikan peredaran buku itu, yang dinilai menghina Islam dan Muslim.
Penerbit buku di Praha, Paseka, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak mendengar keluhan apa pun dan 5.000 buku itu, yang diluncurkan pada April, sudah hampir habis terjual.
Direktur Paseka, Filip Mikes, menyatakan menerbitkan 11 judul buku karya Rushdie.
"Kami telah dan akan terus menerbitkan karya Rushdie," katanya menambahkan.
Penerjemah buku "Ayat-Ayat Setan" itu menggunakan nama samaran.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Ceko mengatakan bahwa proses penerbitan buku tersebut telah melalui pembahasan dengan pemerintah Arab Saudi. Duta besarnya pun sudah menjelaskan publikasi buku karya Rushdie di bawah hukum Republik Ceko.
Novel Rushdie itu, yang pertama diterbitkan pada 1988, menyulut kemarahan kalangan Muslim karena dinilai menghujat.
Setahun kemudian, mantan pemimpin tertinggi Iran, almarhum Ayatollah Ruhollah Khomeini, mengeluarkan fatwa menyeru Muslim membunuh penulis Inggris itu.
Fatwa tersebut memaksa Rushdie hidup dalam persembunyian selama sembilan tahun. Seorang penerjemah Jepang yang mengalihbahasakan novel Rushdie, ditikam mati pada 1991, sementara yang terlibat dalam publikasi novel tersebut juga diserang.
Novel keempat Rushdie yang mendapat penghargaan--dideskripsikan dalam situs web Paseka sebagai karya yang menggelikan dan filosofis--terus menuai protes sporadis sejak kegemparan pertamanya.
Iran sendiri mengancam memboikot "Frankfurt Book Fair" minggu depan karena Rushdie direncanakan memberi pidato pembukaan, ujar seorang juru bicara event perdagangan literatur terbesar di dunia itu.
Agen Rushdie tidak segera menanggapi berbagai permintaan dan protes terkait "Ayat-Ayat Setan" itu, yang diterbitkan dalam Bahasa Ceko.
Penerjemah: Difa/B. Soekapdjo.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015