Hasil riset yang dilakukan oleh PwC Global Consumer Insights Pulse Survey menyatakan bahwa konsumen Indonesia menjaga lebih sadar lingkungan dalam pengemasan pengiriman.

Retail and Consumer Advisor di PwC Indonesia Peter Hohtoulas, dalam siaran pers di Jakarta, baru-baru ini, menjelaskan konsumen Indonesia mengidentifikasi diri sebagai konsumen yang ramah lingkungan, optimistis tentang masa depan dan terus berbelanja secara online.

Dari hasil riset tersebut diketahui bahwa 86 persen konsumen Indonesia secara sadar membeli barang dengan kemasan ramah lingkungan atau mengurangi penggunaan kemasan, atau lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya seperti Vietnam (74 persen), Filipina (74 persen), dan Mesir (68 persen).

Secara global, studi tersebut mengungkapkan bahwa setengah (50 persen) dari konsumen global mengatakan bahwa mereka telah menjadi lebih ramah lingkungan dalam enam bulan terakhir, dipimpin oleh konsumen Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dan Timur Tengah.

Baca juga: Wow, limbah kulit durian jadi pot ramah lingkungan

Selain itu, 47 persen konsumen di Indonesia mengatakan pengiriman yang cepat dan andal sebagai atribut terpenting untuk berbelanja daring di Indonesia. Namun, harga tetap mendominasi alasan konsumen Indonesia memilih berbelanja daring.

Pada tahun 2021 pula, 79 persen konsumen Indonesia secara aktif berbelanja untuk mendukung bisnis independen lokal, 60 persen konsumen mengatakan bahwa mereka akan berbelanja lebih banyak dalam enam bulan ke depan dan sekitar 50 persen konsumen optimis tentang masa depan.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa pekerja rumahan memiliki kebiasaan berbelanja yang sedikit berbeda dari mereka yang bekerja terutama di luar rumah.

Hasil lainnya menunjukkan bahwa sebanyak 62 persen pekerja rumahan mengatakan mereka membeli dari perusahaan yang sadar dan mendukung perlindungan lingkungan; 61 persen pekerja rumahan membeli produk dengan kemasan ramah lingkungan atau yang mengurangi penggunaan kemasan; dan 61 persen pekerja rumahan membeli lebih banyak produk yang biodegradable atau ramah lingkungan.

Sedangkan setengah (50 persen) dari mereka yang umumnya tidak bekerja di rumah membeli dari perusahaan yang sadar dan mendukung perlindungan lingkungan; 55 persen dari mereka yang bekerja di luar rumah membeli produk dengan kemasan ramah lingkungan atau yang mengurangi penggunaan kemasan; dan 50 persen dari mereka yang bekerja di luar rumah membeli lebih banyak produk yang biodegradable atau ramah lingkungan.

Baca juga: Ini dia,fasilitas "greenhouse" pertama di sekolah dasar

"Evolusi perilaku konsumen yang lebih digital dan ramah lingkungan adalah bukti bagaimana pandemi mengubah bisnis industri konsumen," kata Global Consumer Markets Leader PwC France, Sabine Durand-Hayes.

Sebelumnya, pegiat lingkungan hidup sekaligus pendiri The Earthkeeper Indonesia Teguh Handoko mengajak masyarakat untuk kritis sebelum membeli produk atau jasa yang diklaim sebagai produk ramah lingkungan.

"Kita sebagai konsumen harus betul-betul kritis sebelum melakukan pembelian, apakah produk barang dan jasa yang kita akan beli ini betul-betul ramah lingkungan atau greenwashing belaka," ujar Teguh dalam peluncuran "Ngopi Membumi", Kamis (19/8).

Greenwashing adalah istilah dalam strategi komunikasi atau pemasaran untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.

Baca juga: Kejaksaan Bekasi terima pembayaran denda kasus pencemaran lingkungan
Baca juga: Volume sampah Bekasi turun 20 persen selama PPKM

Pewarta: M Razi Rahman

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021