Bekasi, (Antara Megapolitan) - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui pelemahan rupiah terhadap dolar di Indonesia telah mempengaruhi sejumlah sektor kehidupan masyarakat di wilayah setempat.
"Mayoritas masyarakat Kota Bekasi merupakan masyarakat konsumtif, jelas ada pengaruhnya," katanya, di Bekasi, Senin.
Menurut dia, Kota Bekasi saat ini telah berkembang menjadi kota jasa dan perdagangan dari sebelumnya ekonomi agraris.
"Dolar yang tembus sampai Rp14 ribu lebih membuat bahan baku menjadi mahal," katanya.
Salah satu sektor yang terkena dampak langsung adalah sektor produksi pangan seperti para pengusaha makanan berbahan baku kedelai impor.
"Produsen tahu dan tempe saat ini memperkecil ukuran karena takut rugi," katanya.
Sektor lainnya yang juga terkena imbas adalah proyek infrastruktur publik yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan.
"Saat ini bahan baku infrastruktur seperti besi sudah mengalami kenaikan," katanya.
Kondisi itu turut mempengaruhi modal untuk pengerjaan sejumlah proyek infrastruktur publik di Kota Bekasi.
Sejumlah proyek tersebut di antaranya rehabilitasi sejumlah jembatan, pengecoran jalan, dan penguatan tanggul sungai.
"Namun kami sudah antisipasi kekurangan dana itu dan proyeknya saat ini tidak ada yang terganggu," katanya.
Dikatakan Rahmat, kekhawatiran pihaknya terhadap pelemahan rupiah saat ini adalah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan lokal dan asing di Kota Bekasi.
Saat ini di Kota Bekasi ada sekitar 1.400 perusahaan yang sebagian di antaranya masih bergantung pada bahan baku impor.
"Saya sudah dengar kesulitan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Kita `miris` jangan sampai ada PHK besar-besaran. Hubungan industrial harus baik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Mayoritas masyarakat Kota Bekasi merupakan masyarakat konsumtif, jelas ada pengaruhnya," katanya, di Bekasi, Senin.
Menurut dia, Kota Bekasi saat ini telah berkembang menjadi kota jasa dan perdagangan dari sebelumnya ekonomi agraris.
"Dolar yang tembus sampai Rp14 ribu lebih membuat bahan baku menjadi mahal," katanya.
Salah satu sektor yang terkena dampak langsung adalah sektor produksi pangan seperti para pengusaha makanan berbahan baku kedelai impor.
"Produsen tahu dan tempe saat ini memperkecil ukuran karena takut rugi," katanya.
Sektor lainnya yang juga terkena imbas adalah proyek infrastruktur publik yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan.
"Saat ini bahan baku infrastruktur seperti besi sudah mengalami kenaikan," katanya.
Kondisi itu turut mempengaruhi modal untuk pengerjaan sejumlah proyek infrastruktur publik di Kota Bekasi.
Sejumlah proyek tersebut di antaranya rehabilitasi sejumlah jembatan, pengecoran jalan, dan penguatan tanggul sungai.
"Namun kami sudah antisipasi kekurangan dana itu dan proyeknya saat ini tidak ada yang terganggu," katanya.
Dikatakan Rahmat, kekhawatiran pihaknya terhadap pelemahan rupiah saat ini adalah ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan lokal dan asing di Kota Bekasi.
Saat ini di Kota Bekasi ada sekitar 1.400 perusahaan yang sebagian di antaranya masih bergantung pada bahan baku impor.
"Saya sudah dengar kesulitan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Kita `miris` jangan sampai ada PHK besar-besaran. Hubungan industrial harus baik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015