Para akademisi yang berada di Indonesia maupun negara lain dalam diskusi "Solidaritas Kemanusiaan" secara virtual, Rabu, sepakat bahwa kebersamaan dan solidaritas menjadi salah satu solusi dalam menangani pandemi COVID-19.

Profesor Hera Oktadiana yang bermukim di Australia mengungkapkan bahwa pemerintah Australia melakukan langkah awal penanganan pandemi dengan membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

"Nah, selanjutnya, masyarakat percaya apa yang disampaikan pemerintah dan tenaga medis," terang Prof Hera.

Menurutnya, pemerintah Australia juga menggunakan data untuk mengambil keputusan. Informasi yang sama disampaikan ke masyarakat dan mengacu pada satu sumber.

"Hasilnya, kami hanya memakai masker sekitar dua minggu. Sebab selama dua minggu ini (kebersamaan juga terjadi), semua warga menjaga social distancing di tempat umum dan sekolah," tuturnya.

Senada, Rektor Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Profesor Samsul Rizal juga menggarisbawahi pentingnya kebersamaan dan solidaritas dalam penanggulangan pandemi. 

"Semua elemen harus menganut semangat kejujuran, keikhlasan dan kebersamaan. Semua suri teladan diharapkan menyadari bahwa setiap orang bisa menginspirasi orang lain," kata Prof Samsul.

Ia menyebutkan bahwa Perguruan tinggi siap terlibat secara maksimal dalam penanganan pandemi.

“Di seluruh Indonesia, ada 80 Fakultas Kedokteran, dan lebih dari 100 perguruan tinggi yang punya Prodi Keperawatan. Ini potensi yang harus digerakkan maksimal,” tuturnya.

Prof Samsul juga mengecam para penyebar berita bohong atau hoax tentang pandemi COVID-19 yang memecah dianggap memecah solidaritas.

"Orang-orang yang menyebarkan hoax itu tidak menjaga solidaritas. Tidak memiliki solidaritas kemanusiaan yang terhubung dengan COVID-19," kata Prof Samsul.

Sementara itu, Sekjen Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said mengatakan bahwa masalah kemanusiaan merupakan masalah bersama, sehingga tidak didasari suku, agama dan warna kulit. 

"Margin antara kapasitas penanganan dan kebutuhan penanganan itu semakin tipis bahkan mulai minus di sana sini, tempat tidur, obat-obatan mulai defisit bahkan hampir 1000 tenaga kesehatan gugur," terang Sudirman.

Tokoh kemanusiaan ini juga menggaris bawahi komitmen kebersamaan masyarakat dalam mengatasi pandemi. 

"Saat ini yang diperlukan adalah keterbukaan dan kesediaan pemerintah untuk menjelaskan keadaan sebenarnya. Hal ini penting agar rakyat siap-siap, sehingga bila keadaan memburuk kita sudah punya kesiapan dalam iuran pemikiran, kontribusi dan jalan keluar," tuturnya.

Pewarta: Antara

Editor : M Fikri Setiawan


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021