Sungai Ciliwung dan Cisadane sesungguhnya merupakan anugerah bagi warga Kota Bogor. Keduanya bisa menjadi salah satu sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sayangnya, masih ada sebagian masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tersebut yang mencemarinya. Pencemaran ini jelas menjadi ancaman bagi ketersediaan bahan baku air bersih saat ini dan di masa mendatang.
Dalam rangka mengubah sikap perilaku yang merugikan itulah, USAID Indonesia menyelenggarakan program Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) di Kota Bogor. Sudah 5 tahun USAID IUWASH PLUS memberi dukungan dalam bentuk “software” atau non infrastruktur kepada Pemerintah Kota Bogor.
“Kami melakukan pendampingan di sektor layanan air bersih, layanan sanitasi yang aman dan perilaku hidup bersih dan sehat,” jelas Wouter Sahanaya, Regional Manager dan Tim IUWASH PLUS Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang.
Baca juga: IUWASH lakukan pendampingan perilaku hidup sehat warga Kota Bogor
Juga memfasilitasi Pemerintah Kota Bogor dalam pembentukan kebijakan-kebijakan terkait sanitasi, air dan pengarusutamaan gender dalam setiap kegiatan dan pembentukan perjanjian kerja sama lintas regional di bidang konservasi air.
Di sektor layanan air bersih, program ini antara lain membantu PDAM Tirta Pakuan memasang 3 alat sensor pengukur tekanan air di jaringan pipa.
Jadi pencemaran Ciliwung akibat limbah cair, hanyalah salah satu isyu yang ditangani di sektor sanitasi pada program ini.
Penanganan sektor sanitasi, diarahkan untuk mengubah sikap perilaku masyarakat untuk tidak lagi menjadikan sungai sebagai ‘septic tank besar’ atau ‘kakus mengalir’.
Baca juga: IUWASH: Sanitasi dianggap masih kalah penting dari gawai
Menurut Wouter, sebagian masyarakat di lima kelurahan memang masih mencemari Ciliwung.
“Mereka berkontribusi besar dalam pencemaran sungai Ciliwung dengan perilaku buang air sembarangan (BABs) secara tertutup,” katanya.
Dengan maksud mengubah perilaku masyarakat itulah, tim bekerjasama dengan Dinas PUPR Kota Bogor melakukan pendekatan ke masyarakat dengan membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Partisipatif di 5 kelurahan.
Tim melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk memetakan kebutuhan dan membuat rencana kerja masyarakat terkait sanitasi dan pola hidup bersih.
“Hasil semua itu disampaikan kepada para pemangku kepentingan untuk mendapat dukungan anggaran dari pemerintah, swasta atau lembaga keuangan mikro dan pengusaha sanitasi,” lanjut Wouter.
Menjelang berakhirnya program IUWASH PLUS di Kota Bogor pada Oktober mendatang, tercatat adanya perbaikan sektor pengelolaan sanitasi yang membantu mengurangi tekanan pencemaran pada Ciliwung.
Baca juga: Bappeda Tunggu Hasil Tinjauan Lokasi Sanitasi
Di Kelurahan Tanah Sareal dan Kelurahan Babakan Pasar telah terbangun masing-masing 30 septic tank individu. Sedangkan di Kelurahan Sempur jumlahnya mencapai 125 unit. Semuanya dibangun dari APBD Kota Bogor.
“Khusus di Kelurahan Sempur, 8 rumah tangga mendapat kredit ringan dari lembaga keuangan mikro BAIK, untuk membangun septic tank individu,” tambah Wouter.
Catatan lain diperoleh dari monitoring yang dilakukan terhadap 4.762 KK di 5 kelurahan yang tergolong sebagai zona hotspot atau wilayah perkotaan yang padat penduduk.
Pada cacatan itu diketahui, masih ada 21 rumah tangga yang melakukan BABs terbuka dan 1.993 rumah tangga melakukan BAB sembarangan secara tertutup. Artinya mereka masih mengalirkan kotoran tinja ke saluran air atau sungai.
Selain itu terdapat 10 rumah tangga numpang akses sanitasi belum layak dan 1987 memiliki akses ke sanitasi belum layak. Berikutnya tercatat 2 rumah tangga numpang akses ke sanitasi layak dan 592 rumah tangga mengakases sanitasi layak, seperti memiliki septic tank sendiri, septic tank komunal ataupun yang dikelola IPAL. Sedangkan mereka yang sudah memiliki akses sanitasi aman, jumlahnya baru mencapai 187 rumah tangga.
Pengelolaan sanitasi limbah dimestik (penyaluran tinja) yang aman dan kedap memang tidak hanya penting bagi masyarakat yang tinggal di tepian sungai. Melainkan juga perlu menjadi perhatian masyarakat yang tinggal di lokasi lain seperti di perumahan.
Baca juga: Pemkot Bogor Targetkan 100 Persen Layanan Sanitasi
Setiap rumah idealnya telah menggunakan jenis septic tank yang aman, kedap untuk menjaga kelestarian dan mutu air tanah yang dikonsumsi. Limbahnya disedot secara berkala 2 sampai 3 tahun sekali oleh UPTD Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Terkait dengan itu Pemerintah Kota Bogor telah membangun IPAL komunal. Dalam hal ini maka IUWASH PLUS membantu pengelolaan dan perawatan IPAL. Saat ini tercatat ada 2.802 rumah tangga yang mendapat manfaat penyambungan ke IPAL. Termasuk diantaranya adalah 739 rumah tangga yang semula BABs, kini mempunyai sanitasi yang layak.
Langkah lanjut yang dilakukan IUWASH PLUS adalah melakukan sosialisasi tentang Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT). Saat ini tercatat relatif sudah banyak rumah mengakses LLTT, termasuk 1093 rumah tangga yang mengakses IPAL. Dalam waktu dekat IUWASH PLUS akan me-launching Layanan Lumpur Tinja Terjadwal.
Sebab menurut Wouter, sudah waktunya program LLTT dilaksanakan di Kota Bogor. “Semua perangkat pendukung sudah ada seperti armada sedot yang memadai, SDM yang handal, pengaturan SPALD dan Management Information System yang baik untuk melaksanakan LLTT,” jelasnya.
Diharapkan paska launching nanti, semakin banyak masyarakat Kota Bogor yang mendaftar untuk memperoleh LLTT. Semakin banyak rumah yang memiliki septic tank aman dan kedap serta terjadwal penyedotan lumpur tinjanya, berarti semakin luas lahan yang air tanahnya lestari dan tidak tercemar.
Kondisi itu bermanfaat bagi ketersediaan bahan baku air bersih di masa depan, yang akan dibutuhkan dan dinikmati oleh anak dan cucu kita semua. (Advertorial).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Dalam rangka mengubah sikap perilaku yang merugikan itulah, USAID Indonesia menyelenggarakan program Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) di Kota Bogor. Sudah 5 tahun USAID IUWASH PLUS memberi dukungan dalam bentuk “software” atau non infrastruktur kepada Pemerintah Kota Bogor.
“Kami melakukan pendampingan di sektor layanan air bersih, layanan sanitasi yang aman dan perilaku hidup bersih dan sehat,” jelas Wouter Sahanaya, Regional Manager dan Tim IUWASH PLUS Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang.
Baca juga: IUWASH lakukan pendampingan perilaku hidup sehat warga Kota Bogor
Juga memfasilitasi Pemerintah Kota Bogor dalam pembentukan kebijakan-kebijakan terkait sanitasi, air dan pengarusutamaan gender dalam setiap kegiatan dan pembentukan perjanjian kerja sama lintas regional di bidang konservasi air.
Di sektor layanan air bersih, program ini antara lain membantu PDAM Tirta Pakuan memasang 3 alat sensor pengukur tekanan air di jaringan pipa.
Jadi pencemaran Ciliwung akibat limbah cair, hanyalah salah satu isyu yang ditangani di sektor sanitasi pada program ini.
Penanganan sektor sanitasi, diarahkan untuk mengubah sikap perilaku masyarakat untuk tidak lagi menjadikan sungai sebagai ‘septic tank besar’ atau ‘kakus mengalir’.
Baca juga: IUWASH: Sanitasi dianggap masih kalah penting dari gawai
Menurut Wouter, sebagian masyarakat di lima kelurahan memang masih mencemari Ciliwung.
“Mereka berkontribusi besar dalam pencemaran sungai Ciliwung dengan perilaku buang air sembarangan (BABs) secara tertutup,” katanya.
Dengan maksud mengubah perilaku masyarakat itulah, tim bekerjasama dengan Dinas PUPR Kota Bogor melakukan pendekatan ke masyarakat dengan membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Partisipatif di 5 kelurahan.
Tim melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk memetakan kebutuhan dan membuat rencana kerja masyarakat terkait sanitasi dan pola hidup bersih.
“Hasil semua itu disampaikan kepada para pemangku kepentingan untuk mendapat dukungan anggaran dari pemerintah, swasta atau lembaga keuangan mikro dan pengusaha sanitasi,” lanjut Wouter.
Menjelang berakhirnya program IUWASH PLUS di Kota Bogor pada Oktober mendatang, tercatat adanya perbaikan sektor pengelolaan sanitasi yang membantu mengurangi tekanan pencemaran pada Ciliwung.
Baca juga: Bappeda Tunggu Hasil Tinjauan Lokasi Sanitasi
Di Kelurahan Tanah Sareal dan Kelurahan Babakan Pasar telah terbangun masing-masing 30 septic tank individu. Sedangkan di Kelurahan Sempur jumlahnya mencapai 125 unit. Semuanya dibangun dari APBD Kota Bogor.
“Khusus di Kelurahan Sempur, 8 rumah tangga mendapat kredit ringan dari lembaga keuangan mikro BAIK, untuk membangun septic tank individu,” tambah Wouter.
Catatan lain diperoleh dari monitoring yang dilakukan terhadap 4.762 KK di 5 kelurahan yang tergolong sebagai zona hotspot atau wilayah perkotaan yang padat penduduk.
Pada cacatan itu diketahui, masih ada 21 rumah tangga yang melakukan BABs terbuka dan 1.993 rumah tangga melakukan BAB sembarangan secara tertutup. Artinya mereka masih mengalirkan kotoran tinja ke saluran air atau sungai.
Selain itu terdapat 10 rumah tangga numpang akses sanitasi belum layak dan 1987 memiliki akses ke sanitasi belum layak. Berikutnya tercatat 2 rumah tangga numpang akses ke sanitasi layak dan 592 rumah tangga mengakases sanitasi layak, seperti memiliki septic tank sendiri, septic tank komunal ataupun yang dikelola IPAL. Sedangkan mereka yang sudah memiliki akses sanitasi aman, jumlahnya baru mencapai 187 rumah tangga.
Pengelolaan sanitasi limbah dimestik (penyaluran tinja) yang aman dan kedap memang tidak hanya penting bagi masyarakat yang tinggal di tepian sungai. Melainkan juga perlu menjadi perhatian masyarakat yang tinggal di lokasi lain seperti di perumahan.
Baca juga: Pemkot Bogor Targetkan 100 Persen Layanan Sanitasi
Setiap rumah idealnya telah menggunakan jenis septic tank yang aman, kedap untuk menjaga kelestarian dan mutu air tanah yang dikonsumsi. Limbahnya disedot secara berkala 2 sampai 3 tahun sekali oleh UPTD Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Terkait dengan itu Pemerintah Kota Bogor telah membangun IPAL komunal. Dalam hal ini maka IUWASH PLUS membantu pengelolaan dan perawatan IPAL. Saat ini tercatat ada 2.802 rumah tangga yang mendapat manfaat penyambungan ke IPAL. Termasuk diantaranya adalah 739 rumah tangga yang semula BABs, kini mempunyai sanitasi yang layak.
Langkah lanjut yang dilakukan IUWASH PLUS adalah melakukan sosialisasi tentang Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT). Saat ini tercatat relatif sudah banyak rumah mengakses LLTT, termasuk 1093 rumah tangga yang mengakses IPAL. Dalam waktu dekat IUWASH PLUS akan me-launching Layanan Lumpur Tinja Terjadwal.
Sebab menurut Wouter, sudah waktunya program LLTT dilaksanakan di Kota Bogor. “Semua perangkat pendukung sudah ada seperti armada sedot yang memadai, SDM yang handal, pengaturan SPALD dan Management Information System yang baik untuk melaksanakan LLTT,” jelasnya.
Diharapkan paska launching nanti, semakin banyak masyarakat Kota Bogor yang mendaftar untuk memperoleh LLTT. Semakin banyak rumah yang memiliki septic tank aman dan kedap serta terjadwal penyedotan lumpur tinjanya, berarti semakin luas lahan yang air tanahnya lestari dan tidak tercemar.
Kondisi itu bermanfaat bagi ketersediaan bahan baku air bersih di masa depan, yang akan dibutuhkan dan dinikmati oleh anak dan cucu kita semua. (Advertorial).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021