"Antara berkah dan musibah" menjadi jargon umum dalam perjalanan waktu menuju Asian Games 2018 di Indonesia yang berkonotasi antara sukses dan gagal.

Frasa bersayap itu sebenarnya sebagai ujaran agar semua pihak membantu pelaksanaan acara yang diadakan di Jakarta dan Sumatera Selatan. Dalam hal ini Gubernur Sumatera Selatan H. AlexNoerdin sudah mengumandangkannya beberapa kali dalam tiap kesempatan bertemu dengan media.

"'Event' akbar ini harus benar-benar dimanfaatkan pemerintah pusat dan daerah. Ini 'event' yang digelar di Indonesia dan saya kira semua orang Indonesia menginginkan berlangsung dengan baik," kata Alex ketika bertemu dengan media di Jakarta, Jumat (10/7/15).

Indonesia, kata dia, pernah mendapat berkah ketika jadi tuan rumah Asian Games 1962 di Jakarta.

"Presiden Soekarno ketika itu punya dua pilihan. Memanfaatkannya dengan membangun sejumlah fasilitas atau membeli beras untuk warga Indonesia," ujar Alex usai acara buka puasa bersama masyarakat Sumatera Selatan di Jakarta.

Ketika itu, lanjut Alex, Soekarno memilih untuk menjadi tuan rumah. Namun, harus membangun fasilitas dengan dana sangat besar, termasuk Stadion Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi dan lainnya.

Frasa "jangan sampai berkah ini menjadi musibah" juga pernah diucapkan Alex di Griya Agung Palembang pada tanggal 29 Januari 2015. Kata-kata itu diulangnya usai berbuka puasa Jumat malam di Jakarta.

Ia mengingatkan semua pihak untuk memanfaatkan Asian Games yang disebutnya belum tentu terulang dalam 30--40 tahun ke depan.

"Menjadi tuan rumah Asian Games 18 merupakan berkah karena Hanoi (Vietnam) mundur. Akan tetapi, jangan sampai berkah ini berubah menjadi musibah. Artinya, jangan sampai kita gagal. Kalau gagal Indonesia menjadi pembicaraan negara lain dan setiap menghadapi Asian Games mereka akan berkata 'jangan sampai seperti yang pernah terjadi di Indonesia'," kata Alex.

Intinya, Alex mendambakan semua pihak mendukung Sumsel dan Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games ke-18. Untuk itu, pemerintah Sumsel sudah mulai melakukan pembangunan beberapa fasilitas vital yang diperlukan, seperti pembangunan jembatan, jalan layang, dan "underpass",  rumah sakit, dan beberapa lainnya.

Alex juga menyatakan Sumsel memiliki kompleks Jakabaring Sport City (JSC) yang menjadi pusat kegiatan olahraga di Palembang. Di tempat itu terdapat 18 lokasi pertandingan berikut perkampungan atlet sebanyak tiga blok dan akan dibangun beberapa blok lagi.
      
Bukan Karbitan  

"Nah, Sumatera Selatan bukan karbitan untuk menjadi tuan rumah pertandingan internasional. Kami memiliki fasilitas dan pengalaman. Kami bukan arogan. Kami bahkan mampu menyelenggarakan laga semua cabang Asian Games," kata Alex.

Dari 37 cabang olahraga Asian Games, Sumatera Selatan kebagian 11 cabang, sedangkan Jakarta sebanyak 29 cabang.

Sumatera Selatan berusaha menambah cabang yang akan ditandingkan di daerah mereka, termasuk berusaha mewujudkan keinginan menjadi kota "opening ceremony event" yang diikuti 45 negara itu.

"Kami bahkan memiliki tempat perlombaan cabang dayung di tengah kota, di Jakabaring. Di dunia ini ada tempat laga dayung di tengah kota?" ujar Alex.

Ia menjelaskan fasilitas kota di bagian selatan Sumatera yang pernah menjadi tuan rumah PON, SEA Games, Asia Solidarity Games, dan beberapa cabang tunggal laga internasional lainnya itu.

Dalam membangun berbagai fasilitas penunjang "event" akbar itu, Pemprov Sumsel bekerja sama dengan berbagai pihak ketiga dari unsur perusahaan swasta.

"Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kami memang kecil. Akan tetapi, akan berusaha untuk mempersiapkan diri dengan baik, termasuk menggandeng pihak ketiga. Semuanya bisa dilihat dari persiapan yang kami lakukan," ujar Alex, jebolan Universitas Trisaksi dan Atmajaya Jakarta ini.

Beberapa lokasi pertandingan yang ada di Jakabaring Sport City memang sudah berstandar internasional mulai dari kolam renang, lapangan tembak, tenis, hingga stadion untuk pertandingan sepak bola. Meski demikian, pihaknya juga akan terus memperbaikinya.

Kendati demikian, Sumatera Selatan masih butuh dana cukup besar untuk menunjang pembangunan dan perbaikan infrastruktur bertaraf internasional itu.

"Untuk mempersiapkan infrastruktur penopang kegiatan Asian Games, Sumatera Selatan butuh dana sekitar 130 juta dolar AS. Akan tetapi, kalau tanpa pembangunan stadion sepak bola dikurangi sekitar 45 juta dolar," kata pria kelahiran Palembang 9 September 1950 dan menjabat Gubernur Sumsel untuk periode kedua ini.

Karena pengalaman dan fasilitas yang sudah dimiliki Sumsel, kata Alex, Sumatera Selatan siap sepenuhnya menjadi tuan rumah Asian Games ke-18, bahkan bercita-cita jadi tuan rumah Olimpiade.

"Kita harus bercita-cita tinggi, jadi target kita suatu saat harus bisa  jadi tuan rumah Olimpiade," kata Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin yang pernah dua periode menjabat Bupati Musi Bayuasin (2001--2006 dan 2007--012).

Menpora Imam Nahrawi dalam satu kesempatan mengatakan bahwa Asian Games bukan semata-mata tugas yang harus dilaksanakan biasa-biasa saja, melainkan amanah besar untuk dipersiapkan dengan sebaik mungkin.

"Untuk menggelar Asian Games 2018 harus melibatkan banyak pihak, termasuk pihak ketiga. Hal ini dilakukan untuk mendukung biaya dari APBN dan APBD yang belum tentu bisa menutup semua kebutuhan yang telah terprogram," kata Menpora.

Asian Games ke-18 merupakan "gawe" besar anak bangsa sehingga harus mendapat dukungan dari berbagai pihak karena ini mempertaruhkan nama besar bangsa dan negara Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berusaha sekuat tenaga melakukan dwisukses, yaitu sukses sebagai penyelenggara dan sukses sebagai peserta. Kalau tidak, jargon pra-Asian Games "antara berkah dan musibah" itu akan benar-benar menjadi musibah.

Pewarta: A.R. Loebis

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015