BandarLampung (Antara Megapolitan) - Para pemuda Lampung membentuk Gamolan Institut Lampung sebagai wadah bagi mereka untuk menjaga kebudayaan daerah itu.

"Berangkat dari rasa peduli dan pelestarian terhadap budaya Lampung yang mulai terkikis, maka para pemuda daerah ini membentuk Gamolan Institut Lampung," kata Ketua Gamolan Institut Lampung Novelia Yulistin, di Bandarlampung, Senin.

Ia menyebutkan, wadah organisasi ini bersifat independen dan demokratis untuk membantu masyarakat adat Lampung dalam mewujudkan visi pelestarian, perlindungan dan pengembangan kebudayaan Lampung dan mempunyai misi penguatan masyarakat adat, penelitian dan inovasi kebudayaan Lampung serta informasi dan edukasi seni, bahasa dan cagar budaya Lampung.

Menurutnya, gamolan institut ini berperan untuk meningkatkan peranan masyarakat adat Lampung dalam segala bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat, guna menunjang kegiatan kemasyarakatan dan pemerintahan.

Wadah pemuda Lampung ini diinisiasi oleh para pemuda Lampung, seperti Hasyimkan (akedemisi), Novellia Yulistin Sanggem (aktivis penggiat advokasi tanah ulayat), Ashari Yanto (budayawan) Yudhi Bayong (seniman), Jaya (budayawan) Arya Purbaya dan Dido Zulkarnaein (peneliti sejarah dan cagar budaya Lampung), Diandra (penyiar TVRI Lampung) serta pemuda Lampung lainya.

Menurut Novel, banyak contoh kehidupan masyarakat Lampung yang telah bergeser dari nilai-nilai dan norma  kehidupan hukum adat Lampung, banyak generasi yang melupakan dan malu akan bahasa dan logatnya sendiri dan kebudayanya sendiri.

Karena itulah, Gamolan Institut Lampung berdiri untuk dapat bersinergi menjaga dan melestarikan kebudayaan Lampung.

Novel menjelaskan, eksistensi kebudayaan Lampung perlu pelestarian, perlindungan dan pengembangan yang berkesinambungan sebagai alat pemersatu bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercermin dalam sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka salah satu usaha yang perlu terus dilakukan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat adat untuk turut serta dan bertanggungjawab dalam menjaga nilai-nilai budaya yang bersumber pada kebudayaan Lampung, yakni Piil Pesenggiri (martabat atau harga diri), Bejuluk Beadeg (pemberian nama atau gelar adat), Nengah Nyampur (bergaul atau ikut serta), Nemui Nyimah (menghormati, menghargai), Sakai Sambayan (tolong menolong atau bekerjasama).

"Sebagai orang Lampung harus bisa bekerja sama atau tolong menolong dengan siapapun (sakai sambayan) karena kita adalah orang yang ramah tamah serta sopan santun saling menghormati dan menghargai (nemui nyimah) sebab kita mempunyai keberagaman dan ciri khas untuk diketengahkan dimanapun (nengah nyampur)  dan mempunyai nama baik (bejuluk beadeg) yang harus dijaga martabatnya sebagai jati diri orang Lampung (Piil Pesenggiri)," ujar Novel.

Novel juga menyatakan, Gamolan Institut yang diketuainya itu akan diluncurkan pada akhir tahun 2015.

    

Pewarta: Agus Wira Sukarta/Mukhlasin

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015