New York (Antara/AFP/Antara Megapolitan) - Harga minyak naik moderat pada Kamis (Jumat pagi WIB), terangkat oleh melemahnya dolar yang membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih murah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 53 sen menjadi berakhir pada 60,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus, naik 39 sen menjadi menetap di 64,26 dolar AS per barel di perdagangan London.
Keputusan Federal Reserve, Rabu, mempertahankan tingkat suku bunga utama federal fund tidak berubah, sesuai yang diharapkan, masih ditambah dengan prospek bank sentral untuk lebih lembut dalam menaikkan suku bunganya, mungkin tahun ini.
"Kekecewaan bahwa Federal Reserve minggu ini tidak menawarkan lebih banyak sinyal definitif bahwa suku bunga AS akan naik tahun ini membebani dolar, mendorongnya ke posisi terendah satu bulan terhadap rivalnya," kata Joe Manimbo di Western Union Business Solutions.
Pasar minyak mentah New York telah melayang minggu ini di sekitar tingkat 60 dolar AS, karena tidak adanya pemicu utama bagi arah yang baru, kata James Williams dari WTRG Economics.
"Kami sudah relatif stabil selama seminggu, dan benar-benar belum
ada sesuatu yang baru untuk menggerakkan harga minyak. Benar-benar tidak ada sesuatu untuk mendukung pergerakan satu arah atau yang lain pada saat ini, dan kami sedang menunggu untuk berita utama selanjutnya," kata Williams.
Dengan pasar begitu datar, "ini adalah waktu yang menggelisahkan tentang apa arah yang para pedagang pikirkan," tambahnya.
Investor beralih fokus "antara harga yang didukung berita dari AS
di mana persediaan dan jumlah rig jatuh" dan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global, menurut Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan konsultan bisnis EY.
Departemen Energi AS pada Rabu mengatakan cadangan minyak mentah negara itu turun 2,7 juta barel selama pekan lalu dalam sebuah laporan minyak bervariasi yang Williams katakan itu "netral dengan beberapa kejutan."
Penerjemah: A. Suhendar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, naik 53 sen menjadi berakhir pada 60,45 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus, naik 39 sen menjadi menetap di 64,26 dolar AS per barel di perdagangan London.
Keputusan Federal Reserve, Rabu, mempertahankan tingkat suku bunga utama federal fund tidak berubah, sesuai yang diharapkan, masih ditambah dengan prospek bank sentral untuk lebih lembut dalam menaikkan suku bunganya, mungkin tahun ini.
"Kekecewaan bahwa Federal Reserve minggu ini tidak menawarkan lebih banyak sinyal definitif bahwa suku bunga AS akan naik tahun ini membebani dolar, mendorongnya ke posisi terendah satu bulan terhadap rivalnya," kata Joe Manimbo di Western Union Business Solutions.
Pasar minyak mentah New York telah melayang minggu ini di sekitar tingkat 60 dolar AS, karena tidak adanya pemicu utama bagi arah yang baru, kata James Williams dari WTRG Economics.
"Kami sudah relatif stabil selama seminggu, dan benar-benar belum
ada sesuatu yang baru untuk menggerakkan harga minyak. Benar-benar tidak ada sesuatu untuk mendukung pergerakan satu arah atau yang lain pada saat ini, dan kami sedang menunggu untuk berita utama selanjutnya," kata Williams.
Dengan pasar begitu datar, "ini adalah waktu yang menggelisahkan tentang apa arah yang para pedagang pikirkan," tambahnya.
Investor beralih fokus "antara harga yang didukung berita dari AS
di mana persediaan dan jumlah rig jatuh" dan kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global, menurut Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan konsultan bisnis EY.
Departemen Energi AS pada Rabu mengatakan cadangan minyak mentah negara itu turun 2,7 juta barel selama pekan lalu dalam sebuah laporan minyak bervariasi yang Williams katakan itu "netral dengan beberapa kejutan."
Penerjemah: A. Suhendar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015