Bogor, (Antara Megapolitan) - Yumina dan Bumina merupakan teknologi aplikatif yang dikembangkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangkan Kelautan Perikanan (Balitbang-KP) untuk budi daya ikan air tawar di lahan yang sempit dan menghemat penggunaan air.

"Yumina singkatan dari sayur dan ikan (Mina-red), sedangkan Bumina, buah dan ikan," Nuryadi, peneliti lingkungan Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar, Balitbang-KP Bogor, Kamis.

Nuryadi menjelaskan teknologi ini diciptakan tahun 2005, hingga kini telah dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat di sejumlah daerah seperti Bogor, Jakarta, Pacitan, Bantul, dan Cirata.

Awalnya, teknologi Yumina dan Bumina dikenal dengan nama Akuaponik yang diartikan sebagai sistem terpadu antara akuakultur (budi daya ikan) dan hidroponik (budi daya tanaman nontanah), atau teknologi budi daya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.

"Teknologi ini dirancang khusus untuk masyarakat perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan. Karena Yumina dan Bumina ini teknologi yang hemat lahan dan air," katanya.

Dijelaskannya, dengan teknologi Yumina dan Bumina, pencemaran air akibat limbah budi daya yang berasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan (penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar tanaman sebagai sumber nutrien.

"Teknologi ini dirancang khusus untuk budi daya ikan air tawar serta tanaman sayur mayur dan buah-buahan seperti tomat, strowberry, dan bawang," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dari hasil penelitian, budi daya dengan sistem Yumina dan Bumina mampu menghemat air sebesar 700 persen, dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90 persen serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/L menjadi 0,013-0,25 mg/L. Selain itu, Yumina dan Bumina juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7-1.000 mDPL.

"Artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan," katanya.

Teknologi Yumina dan Bumina dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala rumah tangga, maupun skala industri. Akan tetapi bahan dan cara pembuatannya relatif sama yakni membutuhkan kolam, wadah media tanam, media tanam, pompa air dan pemipaan, jenis ikan, jenis tanaman, cara perawatan, waktu budi daya, serta analisis ekonomi.

"Untuk kolam ada beragam bentuk dan ukuran kolam yang bisa digunakan, disesuaikan dengan luas lahan atau ruang yang ada. Syarat utamanya kolam tidak bocor, dapat dibuat dari tembok, fiber, atau tanah berlapis terpal," katanya.

Wadah media tanam dapat menggunakan berbagai wadah seperti ember plastik, bak kayu yang dilapisi plastik atau terpal, paralon, maupun talang air. Wadah yang dipilih tergantung pada ukuran kebutuhan, biaya serta kemudahan penggunaannya.

"Semua jenis wadah dipastikan tidak bocor serta dilengkapi dengan saringan dan saluran pengeluaran air," katanya.

Penggunaan media tanam pada teknologi Yumina dan Bumina selain sebagai substrat melekatkan akar tanaman juga berfungsi sebagai filter biologis untuk air kolam dan tempat berlangsungnya proses nitrifikasi oleh bakteri. Oleh karena itu materi substrat tidak boleh mudah busuk atau hancur harus dipilih berongga yang cukup sehingga dapat melewatkan air dengan baik.

"Pompa air dan pemipaan untuk kebutuhan distribusi air ke setiap tanaman diperlukan pompa listrik serta pemipaaan. Untuk kolam ukuran 10 m2 dapat gunakan pompa celup kapasitas 70 L/menit dengan daya listrik 35 watt," katanya.

Cara kerjanya, air kolam dipompa kemudian didistribusikan ke media tanam dengan menggunakan pipa PVC berukuran 1/2 inci. Pada setiap rumpun tanaman pipa PVC diberi lubang ukuran 5 mm sebagai tempat keluarnya air menyirami tanaman. Selanjutnya air, dari wadah media tanam akan kembali masuk ke dalam kolam ikan dengan kualitas yang lebih baik.

"Perhatikan jenis ikan air tawar yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini pilih yang efisien waktu dan nilai usaha yang komoditasnya memiliki pertumbuhan cepat, dengan nilai ekonomis tinggi, seperti ikan mas, nila, patin, dan lele dumbo," kata Nuryadi.

Sedangkan untuk jenis tanaman yang cocok dipelihara dengan sistem Yumina dan Bumina umumnya jenis tanaman semusim yang tahan hidup pada media berkadar air tinggi. Seperti, kangkung darat, caisin, pakcoi, selada dan kailan. Atau tanaman buah seperti cabai rawit, cabai keriting, terong, dan tomat.

"Dengan teknologi ini, pembudidaya mendapat keuntungan ganda, karena bisa panen ikan dan juga panen buah dan sayur," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015