Bogor, (Antara Megapolitan) - Ribuan warga tumpah-ruah di Jalan Sudirman, Kota Bogor, Jawa Barat, untuk menyaksikan Pawai Budaya Helaran dalam rangka memperingati Hari Jadi Bogor (HJB) ke-533, Sabtu.
Warga sangat antusias menyaksikan parade mobil hias dan berbagai atraksi budaya yang melibatkan 1.000 peserta dari berbagai SKPD, perwakilan kelurahan, swasta, perhotelan, perguruan tinggi serta puluhan sanggar.
"Acaranya lebih meriah dari Cap Go Meh, parade budaya dan mobil hiasnya lebih semarak seperti di Jember," kata Rahmadi, warga Abesin yang datang bersama seluruh keluarganya.
Menurut Rahmadi, masyarakat yang datang menyaksikan cukup terhibur, karena setahunya Pawai Budaya Helaran sudah lama tidak pernah ditampilkan lagi pada peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) setelah 12 tahun silam. Selain itu atraksi budaya dan pawai mobil hias yang ditampilkan lebih beragam dari tahun-tahun sebelumnya.
"Helaran sudah pernah digelar setiap HJB, tetapi itu sudah lama banget, mungkin ada 12 tahun lalu. Sekarang dihidupkan kembali, dan lebih beragam parade yang ditampilkan, rasanya senang saja punya acara yang menghibur," katanya.
Meski demikian, lanjut Rahmadi, penyelenggaraan Helaran kali ini terdapat jeda yang cukup panjang antara satu peserta dengan peserta lainnya dalam menampilkan atraksi di sepanjang Jalan Raya Sudirman.
"Warga jadi bosan menunggu, jeda antara satu atraksi dengan atraksi lainnya cukup lama sampai 30 menit menunggu," katanya.
Hal senada juga disampaikan Iren dari Komunitas Fotografi Kota Bogor. Ia menyayangkan lamanya jeda antara masing-masing peserta parade. Kondisi demikian membuat warga bosan terlalu lama menunggu.
"Jarak antara saat Helaran dibuka oleh Wali Kota yang berkuda dengan pawai lainnya sampai 30 menit. Jadi kelamaan menunggu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, hilir mudik kendaraan bermotor di ruas Jalan Sudirman yang menjadi rute Pawai Budaya Helaran juga dinilai sangat tidak tertib sehingga mengganggu kenyamanan untuk menyaksikan parade.
Tidak hanya itu, lanjut Iren, penyelenggaraan Pawai Budaya Helaran tidak melibatkan seluruh komunitas yang ada di Kota Bogor, termasuk Komunitas Fotografi yang ada di kota tersebut.
"Ya kita menyayangkan saja, komunitas tidak dilibatkan dalam acara ini. Padahal peran foto dalam mensosialisasikan budaya dari sisi visual sangat diperlukan," katanya.
Pawai Budaya Helaran dimulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, sebanyak 20 mobil hias dari berbagai SKPD, pemerintah wilayah kecamatan, kelurahan, pihak swasta, perhotelan dan puluhan sanggar kesenian tampil menyaksikan atraksi budaya. Selain itu turut memeriahkan parade budaya dari Purwakarta, Sumedang dan Reok Ponorogo.
Arak-arakan parade budaya ini berjalan melintas di sepanjang Jalan Sudirman menuju Lapangan Sempur. Berbagai atraksi mulai dari kostum, tarian dan hiasan mobil ditampilkan meriah.
Seperti mobil hias dan parade kostum yang ditampilkan oleh Universitas Pakuan. Sementara itu, mobil hias dari Pemerintah Kota Bogor menampilkan ornamen istana, begitu juga dari Dinas Pertanian yang menghias kendaraannya dengan beragam tanaman, hasil pertanian dan patung ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Warga sangat antusias menyaksikan parade mobil hias dan berbagai atraksi budaya yang melibatkan 1.000 peserta dari berbagai SKPD, perwakilan kelurahan, swasta, perhotelan, perguruan tinggi serta puluhan sanggar.
"Acaranya lebih meriah dari Cap Go Meh, parade budaya dan mobil hiasnya lebih semarak seperti di Jember," kata Rahmadi, warga Abesin yang datang bersama seluruh keluarganya.
Menurut Rahmadi, masyarakat yang datang menyaksikan cukup terhibur, karena setahunya Pawai Budaya Helaran sudah lama tidak pernah ditampilkan lagi pada peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) setelah 12 tahun silam. Selain itu atraksi budaya dan pawai mobil hias yang ditampilkan lebih beragam dari tahun-tahun sebelumnya.
"Helaran sudah pernah digelar setiap HJB, tetapi itu sudah lama banget, mungkin ada 12 tahun lalu. Sekarang dihidupkan kembali, dan lebih beragam parade yang ditampilkan, rasanya senang saja punya acara yang menghibur," katanya.
Meski demikian, lanjut Rahmadi, penyelenggaraan Helaran kali ini terdapat jeda yang cukup panjang antara satu peserta dengan peserta lainnya dalam menampilkan atraksi di sepanjang Jalan Raya Sudirman.
"Warga jadi bosan menunggu, jeda antara satu atraksi dengan atraksi lainnya cukup lama sampai 30 menit menunggu," katanya.
Hal senada juga disampaikan Iren dari Komunitas Fotografi Kota Bogor. Ia menyayangkan lamanya jeda antara masing-masing peserta parade. Kondisi demikian membuat warga bosan terlalu lama menunggu.
"Jarak antara saat Helaran dibuka oleh Wali Kota yang berkuda dengan pawai lainnya sampai 30 menit. Jadi kelamaan menunggu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, hilir mudik kendaraan bermotor di ruas Jalan Sudirman yang menjadi rute Pawai Budaya Helaran juga dinilai sangat tidak tertib sehingga mengganggu kenyamanan untuk menyaksikan parade.
Tidak hanya itu, lanjut Iren, penyelenggaraan Pawai Budaya Helaran tidak melibatkan seluruh komunitas yang ada di Kota Bogor, termasuk Komunitas Fotografi yang ada di kota tersebut.
"Ya kita menyayangkan saja, komunitas tidak dilibatkan dalam acara ini. Padahal peran foto dalam mensosialisasikan budaya dari sisi visual sangat diperlukan," katanya.
Pawai Budaya Helaran dimulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB, sebanyak 20 mobil hias dari berbagai SKPD, pemerintah wilayah kecamatan, kelurahan, pihak swasta, perhotelan dan puluhan sanggar kesenian tampil menyaksikan atraksi budaya. Selain itu turut memeriahkan parade budaya dari Purwakarta, Sumedang dan Reok Ponorogo.
Arak-arakan parade budaya ini berjalan melintas di sepanjang Jalan Sudirman menuju Lapangan Sempur. Berbagai atraksi mulai dari kostum, tarian dan hiasan mobil ditampilkan meriah.
Seperti mobil hias dan parade kostum yang ditampilkan oleh Universitas Pakuan. Sementara itu, mobil hias dari Pemerintah Kota Bogor menampilkan ornamen istana, begitu juga dari Dinas Pertanian yang menghias kendaraannya dengan beragam tanaman, hasil pertanian dan patung ikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015