Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta mengeluarkan guguran awan panas (erupsi) mengakibatkan hujan abu cukup tebal di beberapa desa di Kabupaten Boyolali, Rabu.
Sekretaris Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Sri Hartanto, di Boyolali, Rabu, mengatakan dampak guguran awan panas dari Gunung Merapi berupa hujan abu di desa setempat yang posisinya di timur puncak gunung itu.
"Hujan abu yang mengguyur di Desa Sangup terjadi sekitar pukul 12.30 WIB. Hujan abu di Sangup juga bercampur pasir lembut," kata dia.
Baca juga: Terjadi 22 kali awan panas guguran meluncur dari Gunung Merapi
Dampak awan panas dari Gunung Merapi, berupa hujan abu cukup tebal, di bagian daerah atas, seperti Dukuh Beling dan Sudimoro.
Hujan abu di Desa Sangup sebenarnya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, tetapi kondisinya tipis, sedangkan sekitar pukul 12.30 WIB turun hujan abu cukup tebal.
Kendati demikian, kata dia, situasi warga setempat tetap kondusif. Mereka di rumah masing-masing dan menghentikan kegiatan rutin sehari-hari akibat peristiwa alam itu.
Dia mengatakan guguran awan panas berakibat debu vulkanik yang terbawa angin ke arah timur dan turun di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, dan sekitarnya.
Baca juga: Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi capai 1.000 meter
Hujan abu juga terjadi di Desa Lanjaran, Mriyan (Kecamatan Tamansari), dan Sruni, Cluntang, Kecamatan.
Namun, guguran awan panas Merapi tidak sampai berdampak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lainnya di Boyolali atau sisi utara. Bahkan, di tiga desa di Kecamatan Selo, yakni Tlogolele, Klakah, dan Jrakah, kondisinya relatif aman.
Kepala Desa Tlogolele Sunguadi mengatakan wilayah setempat aman dan terkendali dari bahaya erupsi Merapi.
Baca juga: Gunung Merapi keluarkan tiga kali awan panas sejauh 1.200 meter
Namun, sekitar 150 warga rentan, balita, dan lansia masih menempati pengungsian sementara di Desa Tlogolele.
Kepala Desa Klakah Sumarwoto juga mengatakan wilayahnya aman dari dampak erupsi Merapi, antara lain tidak ada hujan abu.
Namun, katanya, warga tetap waspada terkait dengan perkembangan aktivitas vulkanik Merapi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Sekretaris Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Sri Hartanto, di Boyolali, Rabu, mengatakan dampak guguran awan panas dari Gunung Merapi berupa hujan abu di desa setempat yang posisinya di timur puncak gunung itu.
"Hujan abu yang mengguyur di Desa Sangup terjadi sekitar pukul 12.30 WIB. Hujan abu di Sangup juga bercampur pasir lembut," kata dia.
Baca juga: Terjadi 22 kali awan panas guguran meluncur dari Gunung Merapi
Dampak awan panas dari Gunung Merapi, berupa hujan abu cukup tebal, di bagian daerah atas, seperti Dukuh Beling dan Sudimoro.
Hujan abu di Desa Sangup sebenarnya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, tetapi kondisinya tipis, sedangkan sekitar pukul 12.30 WIB turun hujan abu cukup tebal.
Kendati demikian, kata dia, situasi warga setempat tetap kondusif. Mereka di rumah masing-masing dan menghentikan kegiatan rutin sehari-hari akibat peristiwa alam itu.
Dia mengatakan guguran awan panas berakibat debu vulkanik yang terbawa angin ke arah timur dan turun di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, dan sekitarnya.
Baca juga: Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi capai 1.000 meter
Hujan abu juga terjadi di Desa Lanjaran, Mriyan (Kecamatan Tamansari), dan Sruni, Cluntang, Kecamatan.
Namun, guguran awan panas Merapi tidak sampai berdampak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lainnya di Boyolali atau sisi utara. Bahkan, di tiga desa di Kecamatan Selo, yakni Tlogolele, Klakah, dan Jrakah, kondisinya relatif aman.
Kepala Desa Tlogolele Sunguadi mengatakan wilayah setempat aman dan terkendali dari bahaya erupsi Merapi.
Baca juga: Gunung Merapi keluarkan tiga kali awan panas sejauh 1.200 meter
Namun, sekitar 150 warga rentan, balita, dan lansia masih menempati pengungsian sementara di Desa Tlogolele.
Kepala Desa Klakah Sumarwoto juga mengatakan wilayahnya aman dari dampak erupsi Merapi, antara lain tidak ada hujan abu.
Namun, katanya, warga tetap waspada terkait dengan perkembangan aktivitas vulkanik Merapi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021