Sukabumi, (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kota Sukabumi menyebutkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) saat ini masih tinggi jika dibandingkan dengan target Millennium Development Goals.

"AKI dan AKB masih menjadi perhatian utama kami, walaupun angkanya sudah mulai berkurang dari setiap tahunnya tetatpi masih di atas target MDGs yakni setara 102/100 ribu kelahiran hidup," kata Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi di Sukabumi, Senin.

Adapun data AKI dan AKB di Kota Sukabumi dalam kurun wakti tiga tahun terakhir yakni untuk AKI pada 2014 terjadi 7 kasus, mengalami penurunan dari 2013 yang mencapai 9 kasus dan 2012 mencapai 8 kasus. Namun demikian, angka ini masih terbilang tinggi, apabila dibandingkan dengan target MDGs.

Kemudian, AKB pada 2014 mencapai 49 kasus dari jumlah 6.895 kelahiran hidup atau sebesar 7,11/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kasus yang terjadi pada 2013 yakni mencapai 60 kasus serta pada 2012 mencapai 62 kasus.

Menurutnya, pihaknya terus berupaya menurunkan angka AKI dan AKB, walaupun angkanya sudah turun tetapi, Kota Sukabumi masih termasuk dalam kelompok Kabupaten dan Kota yang AKB-nya masih relatif tinggi di Jawa Barat. Indikator AKI tersebut digunakan sebagai asumsi yang menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan kepada ibu pada saat hamil, melahirkan dan masa nifas.

Sedangkan AKB yakni jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahun pada setiap 1.000 kelaharian hidup. Indikator ini menggambarkan kondisi berbagai faktor lingkungan, yang berpengaruh terhadap kesehatan bayi. Antara lain gizi, sanitasi, penyakit menular dan sebagainya.

"Adapun faktor yang menjadi penyebab terhadap kematian bayi pada 2014 antara lain dikarenakan gangguan pernafasan atau Asfiksia mencapai 21 persen, berat bayi lahir rendah 19 persen, infeksi pernafasan atau Pneumonia 16 persen, masalah laktasi s12 persen, diare 12 persen, kelainan bawaan 6 persen, dan sisanya penyebab lain-lain.

"Kami juga saat ini terus meningkatkan pelayanan klinis gawat darurat kebidanan dan bayi baru lahir serta meningkatkan keterampilan tenaga petugas kesehatan yang diharapkan bisa menurunkan angka AKI dan AKB," tambahnya.

Ia mengatakan peningkatan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan serta penguatan sistem rujukan yang efisien dan efektif juga bisa membantu menekan AKI dan AKB. Serta ibu hamil maupun yang mau melahirkan agar senantiasa memeriksakan kesehatan dirinya dan bayinya yang dalam kandungan, sehingga bisa mengetahui tingkat kesehatan ibu dan bayi.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015