Bogor, (Antara Megapolitan) - Koleksi satwa burung cenderawasih di lembaga konservasi "ex-situ" (di luar habitat alami) Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor, bertambah dengan menetasnya seekor burung bernama lmiah "Paradisaeidae" itu.

"Kami baru membukan informasi kepada publik saat ini, karena perlu kehati-hatian dan di bawah pengawasan intensif `keeper` (perawat satwa). Namun menetasnya seekor burung Cenderawasih itu terjadi pada 13 Maret 2015," kata Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Drs Jansen Manansang MSc dalam penjelasan yang disampaikan kepada Antara di Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Didampingi Humas TSI Cisarua Yulius H Suprihardo, ia menjelaskan kronologi lahirnya burung endemik asal Papua itu.

Jansen yang juga Presiden "South East Asian Zoos Association" (SEAZA) mengatakan pada 11 Februari lalu " terpantau oleh CCTV (kamera perekam) seekor cenderawasih jantan bernama "Sakti" mengawini betina "Reza".

Selanjutnya pada 24 Februari 2015 betinanya mulai berdiam diri di sarangnya.

Setelah 19 hari kemudian, pada 13 Maret 2015, mengeram dan akhirnya menetas seekor yang saat ini belum diketahui jenis kelaminnya.

"Anakan (burung) tersebut diketahui keluar sarang pada 13 Maret 2015 atau pada usia 19 hari," katanya.

Ia menjelaskan saat ini anakan cenderawasih tersebut dalam kondisi yang sehat dan berlompat-lompatan di dahan.

Menurut dia burung cenderawasih yang hanya terdapat di Papua itu meski dikenal cantik namun habitatnya semakin langka.

"Jenis unggas ini merupakan salah satu kekayaan fauna Indonesia yang terancam punah," katanya.

Burung itu mempunyai bulu yang halus dan berwarna indah sehingga banyak manusia yang ingin memeliharanya, sehingga banyak sekali perburuan liar terhadap burung cenderawasih untuk diperdagangkan secara ilegal, dipelihara diam-diam atau diawetkan.

Pada saat ini, katanya, sudah jarang ditemukan burung cenderawasih karena populasinya yang sudah semakin menurun.

"Status burung cendrawasih saat ini langka maka perlu dilakukan usaha pelestariannya," katanya.

Karena itulah, kata Jansen Manansang, Taman Safari Indonesia sebagai lembaga konservasi berperan penting dalam usaha pelestarian burung cenderawasih.

Sementara itu, Yulis menambahkan dari penelusuran sejarah pada abad ke-18 ketika bangsa Spanyol dan Portugis datang ke Indonesia bagian timur untuk mencari rempah-rempah, mereka dihadiahi oleh raja Maluku seekor burung cenderawasih yang sudah dikeringkan.

Burung awetan tersebut tidak berkaki, mempunyai bulu yang indah berwarna-warni.

Para ahli burung di Spanyol memberi nama kepada burung tersebut yaitu paradiso atau burung surga (bird of paradise).

Sedangkan dari dongeng di masyarakat burung tersebut terus menerus terbang di angkasa baik siang maupun malam hari karena tidak berkaki.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015