Harga emas rebound pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) setelah penurunan tajam pada sesi sebelumnya saat kekhawatiran atas pemulihan ekonomi global serta ekspektasi stimulus fiskal dan moneter lebih lanjut memberikan dukungan terhadap logam safe-haven.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Exchange, melonjak 22 dolar AS atau 1,19 persen menjadi ditutup pada 1.876,4 dolar AS per ounce. Namun, kenaikan tersebut belum mampu mengangkat emas kembali di atas level pssikologis 1.900 dolar AS per ounce.
Emas berjangka anjlok 97,3 dolar AS atau 4,99 persen menjadi 1.854,40 dolar AS pada Senin (9/11/2020), setelah bertambah 4,9 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.951,70 dolar AS pada Jumat (6/11/2020), dan melambung 50,6 dolar AS atau 2,67 persen menjadi 1.946,80 dolar AS pada Kamis (5/11/2020).
“Emas mencoba menemukan keseimbangan pagi ini, 24 jam setelah gempa bumi Pfizer mengatur ulang lanskapnya. Saya memperkirakan emas akan terus menguat, tapi itu akan memakan waktu sedikit lebih lama," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO.
Baca juga: Rupiah bergerak menguat seiring harapan perkembangan vaksin COVID-19
“Faktor fundamental emas tetap cukup bersahabat. Stimulus sangat mungkin dan dengan vaksin kita akan mendapatkan ekspansi (ekonomi)."
Emas kehilangan hampir lima persen pada Senin (9/11/2020), penurunan harian terbesar sejak 11 Agustus, setelah pembuat obat AS Pfizer Inc mengatakan vaksin COVID-19 lebih dari 90 persen efektif berdasarkan hasil uji coba awal, mengangkat ekuitas AS ke rekor tertinggi.
Namun, saham mereda pada Selasa (10/11/2020) karena kekhawatiran tentang sejauh mana dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 muncul kembali.
“Respons fiskal dan moneter terhadap pandemi global akan tetap sangat akomodatif. Ini akan terus memberikan emas dan perak, serta platinum, alasan untuk naik lebih tinggi,” analis HSBC mengatakan dalam sebuah catatan.
"Tapi dukungan psikologis dan pergeseran sentimen risiko mungkin masih membebani emas dan logam lainnya, dengan pengecualian paladium, dalam waktu dekat."
Emas mendapat dukungan tambahan karena sinyal permintaan dari India dan China telah telah membaik.
Emas cenderung mendapat keuntungan dari pengeluaran stimulus karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi dan pelemahan mata uang.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank Dallas Robert Kaplan mengatakan dia "berhati-hati dan prihatin" tentang risiko penurunan ekonomi dalam jangka pendek karena kebangkitan kembali virus corona.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 76,1 sen atau 3,21 persen menjadi ditutup pada 24,462 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 25,3 dolar AS atau 2,92 persen menjadi menetap di 892,7 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Exchange, melonjak 22 dolar AS atau 1,19 persen menjadi ditutup pada 1.876,4 dolar AS per ounce. Namun, kenaikan tersebut belum mampu mengangkat emas kembali di atas level pssikologis 1.900 dolar AS per ounce.
Emas berjangka anjlok 97,3 dolar AS atau 4,99 persen menjadi 1.854,40 dolar AS pada Senin (9/11/2020), setelah bertambah 4,9 dolar AS atau 0,25 persen menjadi 1.951,70 dolar AS pada Jumat (6/11/2020), dan melambung 50,6 dolar AS atau 2,67 persen menjadi 1.946,80 dolar AS pada Kamis (5/11/2020).
“Emas mencoba menemukan keseimbangan pagi ini, 24 jam setelah gempa bumi Pfizer mengatur ulang lanskapnya. Saya memperkirakan emas akan terus menguat, tapi itu akan memakan waktu sedikit lebih lama," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO.
Baca juga: Rupiah bergerak menguat seiring harapan perkembangan vaksin COVID-19
“Faktor fundamental emas tetap cukup bersahabat. Stimulus sangat mungkin dan dengan vaksin kita akan mendapatkan ekspansi (ekonomi)."
Emas kehilangan hampir lima persen pada Senin (9/11/2020), penurunan harian terbesar sejak 11 Agustus, setelah pembuat obat AS Pfizer Inc mengatakan vaksin COVID-19 lebih dari 90 persen efektif berdasarkan hasil uji coba awal, mengangkat ekuitas AS ke rekor tertinggi.
Namun, saham mereda pada Selasa (10/11/2020) karena kekhawatiran tentang sejauh mana dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 muncul kembali.
“Respons fiskal dan moneter terhadap pandemi global akan tetap sangat akomodatif. Ini akan terus memberikan emas dan perak, serta platinum, alasan untuk naik lebih tinggi,” analis HSBC mengatakan dalam sebuah catatan.
"Tapi dukungan psikologis dan pergeseran sentimen risiko mungkin masih membebani emas dan logam lainnya, dengan pengecualian paladium, dalam waktu dekat."
Emas mendapat dukungan tambahan karena sinyal permintaan dari India dan China telah telah membaik.
Emas cenderung mendapat keuntungan dari pengeluaran stimulus karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi dan pelemahan mata uang.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank Dallas Robert Kaplan mengatakan dia "berhati-hati dan prihatin" tentang risiko penurunan ekonomi dalam jangka pendek karena kebangkitan kembali virus corona.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 76,1 sen atau 3,21 persen menjadi ditutup pada 24,462 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 25,3 dolar AS atau 2,92 persen menjadi menetap di 892,7 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020