Bandarlampung (Antara-Megapolitan-Bogor) - Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan spesies yang keberadaannya termasuk klasifikasi sekarat. Organisasi-organisasi konservasi alam dunia memasukan harimau sumatera dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

Harimau Bali telah punah jauh-jauh hari. Harimau Jawa juga sudah menjadi sejarah. Kini, Harimau Sumatera juga berada di ujung kepunahan karena hilangnya habitat secara tak terkendali, berkurangnya jumlah spesies mangsa, dan perburuan liar.

Aparat penegak hukum dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan baru-baru ini menangkap pelaku perdagangan satwa liar dalam jumlah besar, termasuk bagian tubuh harimau dan satwa liar dilindungi lainnya di Indonesia.

Tersangka diduga telah menjual lebih dari 100 awetan harimau dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. Padahal populasi harimau sumatera tinggal sekitar 400-an ekor saja.

Penangkapan ini dilakukan saat terjadinya transaksi awetan harimau, macan kumbang dan kepala rusa senilai USD 16.000 (sekitar Rp190 juta) di pasar ilegal.

Laporan yang dikeluarkan TRAFFIC --program kerja sama WWF dan lembaga Konservasi Dunia, IUCN, untuk monitoring perdagangan satwa liar-- menemukan adanya pasar ilegal yang berkembang subur dan menjadi pasar domestik terbuka di Sumatera yang memperdagangkan bagian-bagian tubuh harimau.

Bagian-bagian tubuh harimau diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat atau sekadar dekorasi untuk memuaskan sebuah hobi.

Dalam studi tersebut TRAFFIC mengungkapkan bahwa paling sedikit 50 harimau Sumatera telah diburu setiap tahunnya dalam kurun waktu 1998- 2002.

Penindakan tegas untuk menghentikan perburuan dan perdagangan harimau harus segera dilakukan. Kalau tidak, harimau sumatera betul-betul habis dan punah seperti harimau Bali dan harimau Jawa.

Tak bisa dibayangkan bagaimana jadinya kalau dunia tanpa harimau. Anak cucu dan generasi mendatang hanya bisa melihat harimau di museum dan film kartun seperti halnya yang terjadi pada dinosaurus. Mimpi buruk itu tidak boleh jadi kenyataan. Selain penindakan yang tegas terhadap perdagangan ilegal satwa liar, upaya pelestarian dan pengembangbiakan harimau sumatera harus digencarkan seperti di Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan (TNBBBS) oleh Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).
    
                    Harapan baru
Panthera, sebuah organisasi yang berdedikasi untuk melestarikan kucing besar, tahun lalu mengeluarkan hasil pemantauannya terhadap harimau sumatera yang hidup di Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan.

Berdasarkan data awal yang dirilis Panthera, jumlah harimau Sumatra di daerah Tambling paling tinggi. Ini suatu harapan baru bagi harimau sumatera untuk tetap hidup dan survive di tengah situasi yang mengancam habitatnya.

Penemuan terbaru Panthera dengan menggunakan metode "camera trap" mendapatkan populasi harimau di daerah Sumatera lebih tinggi dari yang diperkirakan ada di daerah yang terkenal dengan laju kehilangan daerah hutannya.

Tomy Winata, pebisnis dan founder kawasan konservasi Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC, dengan luas area 450 km2 yang dikelola secara mandiri), telah melaksanakan konservasi harimau Sumatra di daerah tersebut sejak 1996, dan baru-baru ini mengajak Panthera, organisasi yang bergerak di bidang konservasi kucing besar, untuk mengimplementasikan hasil survei tersebut.

Berdasarkan data awal dari "camera trap" mengindikasikan densitas harimau Sumatra di daerah selatan TWNC enam ekor per 100 km2; lebih tinggi dari yang diharapakan. Data tersebut membuktikan densitas berkembang dua kali lebih banyak dibandingkan data dahulu.

Penemuan ini, meliputi gambar bayi harimau dari camera trap telah mengidentifikasikan Tambling sebagai sinar harapan baru bagi sisa harimau Sumatera liar yang jumlahnya diestimasi antara 400-500 ekor.

CEO dari Panthera dan juga peneliti harimau, Dr Alan Rabinowitz, mengatakan, "Kepadatan harimau yang luar biasa yang telah ditemukan di Tambling merupakan hasil yang jelas dari program yang dilakukan Tomy Winata, tidak hanya menyediakan tempat kehidupan bagi harimau, tetapi juga melakukan perlindungan terhadap harimau-harimau tersebut."

Secara sederhana, menurut Alan, ancaman utama harimau di lapangan adalah perburuan liar. Dengan diberlakukannya zero toleransi terhadap perburuan liar, Tomy Winata dengan tim telah berhasil mengamankan wilayah secara signifikan dengan menerapkannya secara efektif.

Fakta tersebut, ditambah penerapan ilmu pengetahuan dan monitoring, telah berhasil mencapai harapan, di mana sekarang harimau bisa berkembang biak. Panthera dalam pernyataan pers pada 17 Juli 2013 menyatakan Tambling merupakan model wilayah konservasi harimau yang memberikan harapan nyata bagi harimau Sumatra, tidak hanya untuk pemulihan populasi, tetapi juga pertumbuhan populasinya.

"Sebelum usaha yang dilakukan oleh TWNC, harimau di daerah Tambling adalah subjek dari perburuan liar dan hilangnya habitat. Namun, usaha yang dilakukan oleh Tomy Winata dengan menggunakan pihak keamanan yang berpatroli dan menjaga ketat habitat alami dari harimau Sumatra membuat Tambling sebagai daerah kunci bagi harimau Sumatra," ujar Alan.

Terhadap puja-puji dan penghargaan orang nomor satu di Panthera itu, Tomy Winata mengatakan sudah menjadi kewajibannya sebagai pribadi dan pengusaha untuk membantu upaya perlindungan alam dan pelestarian harimau.

"Saya melakukan ini semua karena menurut saya alam telah menghidupi kita semua, banyak sekali orang yang mengambil dari alam demi keuntungan mereka tanpa memberi balik ke alam. Jadi saya berharap dengan semua yang saya lakukan, bisa menjadi contoh untuk semua orang, agar bersama-sama kita bisa save mother nature dan menjadi orang yang tidak lupa kepada bumi yang dipijak," ujar Tomy.

Tomy Winata dan Panthera berusaha untuk membentuk "Tigers Forever Legacy Site" yang pertama kali di Tambling.

Dr Alan Rabinowitz menyimpulkan "tidak ada warisan yang lebih besar daripada menciptakan habitat yang aman bagi harimau di mana warisan itu adalah harimau-harimau tersebut hidup terus di habitat alaminya. Bersama dengan TWNC, kami selangkah lebih maju untuk mewujudkan hal itu."

** Mantan Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara.

Pewarta: Akhmad Kusaeni**

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015