Harga emas berjangka turun pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah membukukan kenaikan dua hari beruntun karena memudarnya peluang perjanjian stimulus AS sebelum pemilihan presiden 3 November dan menguatnya greenback merusak daya tarik logam kuning sebagai lindung nilai inflasi.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, melemah 2,5 dolar AS atau 0,13 persen menjadi ditutup pada 1.906,40 dolar AS per ounce.

Harga emas berjangka naik tipis 1,6 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.908,90 dolar AS pada Kamis (15/10/2020), setelah bertambah 12,7 dolar AS atau 0,67 persen menjadi 1.907,30 dolar AS pada Rabu (14/10/2020), dan anjlok 34,3 dolar AS atau 1,78 persen menjadi 1.894,60 dolar AS pada Selasa (13/10/2020).
 

"Dengan rancangan undang-undang stimulus tahun ini sangat tidak pasti, emas tetap terikat pada dolar AS," kata Kepala Perdagangan Derivatif Logam Dasar dan Mulia BMO, Tai Wong.

Baca juga: Giliran emas anjlok di bawah 1.900 dolar AS, tertekan "greenback", laporan IMF

"Sementara sentimen untuk emas tetap sangat bullish tanpa pendorong jangka pendek yang kuat, kami memperkirakan emas bergerak maju-mundur di sekitar 1.900 dolar AS tidak dapat secara substansial menembus kisaran bulanan 1.850-1.950 dolar AS."

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,2 persen pada Jumat (16/10/2020), tetapi berada di jalur untuk kenaikan mingguan, membuat harga lebih mahal bagi pemegang mata uang lain untuk membeli emas.

Baca juga: Kurs Dolar AS melonjak didorong sentimen penghindaran risiko

Laporan penjualan ritel AS yang lebih kuat dari perkiraan juga mengangkat selera terhadap aset-aset berisiko, tetapi produksi pabrik secara tak terduga turun pada September.

Demokrat dan Republik tampaknya tidak mungkin menyetujui kesepakatan stimulus AS sebelum Hari Pemilihan bahkan ketika kasus Virus Corona terus meningkat dan pemulihan pasar tenaga kerja terhenti.

Baca juga: Emas menguat, setelah Trump tawarkan stimulus AS yang lebih besar

Harga emas yang telah melonjak sekitar 25 persen sepanjang tahun ini, dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang di tengah tingkat stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Dengan begitu banyak risiko peristiwa segera terjadi, yang berpuncak dengan pemilihan presiden AS, kami kemungkinan akan melihat posisi terendah dalam emas untuk bulan depan atau selanjutnya," kata Analis Pasar Senior OANDA, Jeffrey Halley, dalam sebuah catatan.

Baca juga: Emas kembali "rebound", bertengger di atas level 1.900 dolar AS

"Harga emas kemungkinan akan bergeser ke kisaran 1.900-1.975 dolar AS per ounce saat pemilihan semakin dekat."

Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 18,1 sen atau 0,75 persen, menjadi ditutup pada 24,405 dolar AS per ounce. Harga platinum untuk pengiriman Januari naik delapan dolar AS atau 0,93 persen menjadi ditutup pada 869,3 dolar AS per ounce.

Baca juga: Kurs Rupiah ditutup melemah seiring penantian persetujuan paket stimulus AS
 

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020