Washington (Antara/Xinhua-OANA/ANTARA BPJ-Bogor) - Kebanyakan kerusakan yang ditimbulkan sinar ultraviolet pada kulit terjadi beberapa jam setelah pajanan terhadap sinar Matahari.
Dan kerusakan yang tertunda itu muncul karena melanin pigmen kulit, kata satu studi AS yang disiarkan pekan ini. Melanin, yang memberi warna pada kulit, biasanya dipandang sebagai pigmen pelindung, yang menghalangi radiasi sinar ultraviolet --yang merusak DNA dan menyebabkan kanker kulit.
Namun ada juga bukti dari berbagai studi yang menyatakan melanin berkaitan dengan kerusakan sel kulit.
Di dalam satu studi baru, Douglas Brash, Profesor di Yale University, dan rekannya pertama-tama memajan tikus dan melanosit manusia, sel yang menghasilkan melanin, pada radiasi lampu ultraviolet.
Radiasi itu menyebabkan satu jenis kerusakan DNA yang dikenal sebagai cyclobutane dimer (CPD), tempat dua "huruf" DNA terikat dan mengikat DNA, sehingga mencegah isinya terbaca secara benar.
Para peneliti tersebut terkejut saat mengetahui bahwa melanosit bukan hanya dengan cepat menggerakkan CPD tapi juga terus melakukannya selama lebih dari tiga jam setelah pajanan sinar ultraviolet berakhir, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Sel-sel tanpa melanin menggerakkan CPD hanya selama pajanan sinar ultraviolet.
Hasil studi itu, yang disiarkan di jurnal AS "Science", memperlihatkan bahwa melanin memiliki dampak carcinogenic dan protektif.
"Jika kita melihat ke dalam kulit dewasa, melanin memang memberi perlindungai terhadap CPD," kata Brash. "Tapi itu melakukannya secara baik dan buruk."
Para peneliti tersebut kemudian memeriksa besarnya kerusakan yang terjadi setelah pajanan sinar Matahari dengan mencegah perbaikan DNA normal pada sampel tikus. Mereka mendapati bahwa separuh CPD pada melanosit adalah "CPD hitam" --CPD yang tercipta dalam kegelapan.
Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa sinar ultraviolet mengaktifkan dua enzim yang secara bersama "menggairahkan" elektron pada melanin, dan energi itu yang bergerak dari proses tersebut --yang dikenal dengan nama chemiexitation-- mengakibatkan kerusakan DNA yang sama dengan yang disebabkan oleh sinar Matahari pada siang hari.
Chemiexcitation sebelumnya hanya terlihat pada hewan dan tanaman yang lebih rendah.
Meskipun menyatakan bahwa berita mengenai dampak carcinogenic melanin membingungkan, para peneliti itu juga mengatakan lembatnya chemiexcitation bisa memberi waktu bagi hadirnya perangkat pencegahan baru, seperti pelindung sinar Matahari "malam-hari" yang dirancang untuk menghalangi pengalihan energi.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Dan kerusakan yang tertunda itu muncul karena melanin pigmen kulit, kata satu studi AS yang disiarkan pekan ini. Melanin, yang memberi warna pada kulit, biasanya dipandang sebagai pigmen pelindung, yang menghalangi radiasi sinar ultraviolet --yang merusak DNA dan menyebabkan kanker kulit.
Namun ada juga bukti dari berbagai studi yang menyatakan melanin berkaitan dengan kerusakan sel kulit.
Di dalam satu studi baru, Douglas Brash, Profesor di Yale University, dan rekannya pertama-tama memajan tikus dan melanosit manusia, sel yang menghasilkan melanin, pada radiasi lampu ultraviolet.
Radiasi itu menyebabkan satu jenis kerusakan DNA yang dikenal sebagai cyclobutane dimer (CPD), tempat dua "huruf" DNA terikat dan mengikat DNA, sehingga mencegah isinya terbaca secara benar.
Para peneliti tersebut terkejut saat mengetahui bahwa melanosit bukan hanya dengan cepat menggerakkan CPD tapi juga terus melakukannya selama lebih dari tiga jam setelah pajanan sinar ultraviolet berakhir, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Sel-sel tanpa melanin menggerakkan CPD hanya selama pajanan sinar ultraviolet.
Hasil studi itu, yang disiarkan di jurnal AS "Science", memperlihatkan bahwa melanin memiliki dampak carcinogenic dan protektif.
"Jika kita melihat ke dalam kulit dewasa, melanin memang memberi perlindungai terhadap CPD," kata Brash. "Tapi itu melakukannya secara baik dan buruk."
Para peneliti tersebut kemudian memeriksa besarnya kerusakan yang terjadi setelah pajanan sinar Matahari dengan mencegah perbaikan DNA normal pada sampel tikus. Mereka mendapati bahwa separuh CPD pada melanosit adalah "CPD hitam" --CPD yang tercipta dalam kegelapan.
Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa sinar ultraviolet mengaktifkan dua enzim yang secara bersama "menggairahkan" elektron pada melanin, dan energi itu yang bergerak dari proses tersebut --yang dikenal dengan nama chemiexitation-- mengakibatkan kerusakan DNA yang sama dengan yang disebabkan oleh sinar Matahari pada siang hari.
Chemiexcitation sebelumnya hanya terlihat pada hewan dan tanaman yang lebih rendah.
Meskipun menyatakan bahwa berita mengenai dampak carcinogenic melanin membingungkan, para peneliti itu juga mengatakan lembatnya chemiexcitation bisa memberi waktu bagi hadirnya perangkat pencegahan baru, seperti pelindung sinar Matahari "malam-hari" yang dirancang untuk menghalangi pengalihan energi.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015