Harga emas relatif stabil pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), tertahan setelah dolar AS rebound dari level terendah dua tahun dan data manufaktur AS yang lebih baik dari perkiraan meningkatkan harapan tentang pemulihan ekonomi Amerika Serikat.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, beringsut naik 0,3 dolar AS atau 0,02 persen menjadi ditutup pada 1.978,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya (1/9/2020), emas berjangka menguat 3,7 dolar AS atau 0,19 persen menjadi 1.978,60 dolar AS.

Emas berjangka melambung 42,3 dolar AS atau 2,19 persen menjadi 1.974,90 dolar AS akhir pekan lalu (28/8/2020), setelah jatuh 19,9 dolar AS atau 1,02 persen menjadi 1.932,60 dolar AS pada Kamis (27/8/2020) dan melonjak 29,4 dolar AS atau 1,53 persen menjadi 1.952,5 dolar AS pada Rabu (26/8/2020).

"Angka manufaktur keluar jauh lebih baik dari yang diharapkan dan itulah yang menyebabkan emas mengurangi keuntungannya, dan (juga) memberi sedikit kekuatan pada dolar," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Dolar AS menguat 0,2 persen terhadap rival utamanya, pulih dari level terendah lebih dari dua tahun pada hari sebelumnya.

Selain itu, membebani harga emas, saham-saham global juga naik setelah aktivitas manufaktur AS melaju ke level tertinggi dalam hampir dua tahun pada Agustus, data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan.

Baca juga: Turun Rp2.000, harga emas PT Antam hari ini Rp1.024.000/gram

Data yang dirilis oleh ISM pada Selasa (1/9/2020) menunjukkan bahwa indeks manufaktur meningkat menjadi 56 pada Agustus, naik dari 54,2 pada Juli, ekspansi tercepat dalam hampir dua tahun dan lebih baik dari yang diperkirakan.

“(Data yang lebih baik) tidak serta merta mengubah gambaran Federal Reserve AS. Tren (emas) masih lebih tinggi,” tambah Haberkorn.

Bank sentral AS minggu lalu mengumumkan kebijakan target inflasi rata-rata, yang akan memungkinkan suku bunga tetap rendah bahkan jika inflasi naik sedikit di waktu mendatang.

Baca juga: Nilai tukar Rupiah tertekan dipicu rencana perpanjangan kebijakan "burden sharing"

Emas akan tetap didukung dalam lingkungan ekspektasi inflasi yang menguat dan dolar AS yang lebih rendah, kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.

Logam emas, yang telah meningkat sekitar 30 persen sepanjang tahun ini, dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, sementara suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 5,1 sen atau 0,18 persen menjadi ditutup pada 28,645 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 14,8 dolar AS atau 1,58 persen menjadi ditutup pada 952,7 dolar AS per ounce.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020