Bogor, (Antaranews Bogor) - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar menilai, budi daya jambu kristal potensial dikembangkan di desa-desa seluruh Indonesia.
"Kalau ini dikembangkan di desa-desa seluruh Indonesia, tidak menutup kemungkinan produksi meningkat menjadi komoditi nasional sehingga kita tidak perlu lagi impor buah," katanya disela-sela kunjungan ke perkebunan jambu kristal di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Ia mengatakan, pihaknya mendorong agar budi daya jambu kristal dikembangkan di desa-desa dengan melibatkan sejumlah perguruan tinggi seperti IPB, UGM dan yang lainnya untuk mensosialisasikannya.
"Kita gandeng perguruan tinggi kembangkan kebun percontohan jambu kristal ini," katanya.
Selain itu, lanjutnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendorong setiap kampus memiliki desa binaan masing-masing.
"Yang lebih penting adalah setiap desa harus memiliki badan usaha milik desa (BUMDes)," katanya.
Menteri mengatakan, sejauh ini pengembangan budi daya jambu kristal cukup maju terdapat di Desa Cikarawang. Walau sudah ada 17 provinsi yang memproduksi tetapi belum maksimal.
"Desa Cikarawang sudah sangat maju, budi daya jambu kristalnya bagus. Kita mendorong agar desa-desa lain dapat beradaptasi dari Cikarawang," katanya.
Marwan mengaku sangat tertarik untuk mengembangkan jambu kristal dan berkeinginan untuk investasi, karena para petani di Desa Cikarawang memulai budi daya dengan biaya awal sebesar Rp10 juta, dan kini sudah berkembang di lahan seluas enam hektare.
Koordinator Kelompok Tani Subur Makmur, Badri yang juga pelopor budi daya jambu kristal di Desa Cikarawang mengatakan, produksi jambu setiap harinya mencapai tiga ton.
Menurut dia, jumlah tersebut belum mampu memenuhi permintaan para konsumen yang tidak hanya datang dari wilayah Bogor, tetapi dari luar daerah.
"Kami mulai mengembangkan budi daya jambu kristal sejal 2009, dari 18 pohon sekarang sudah ada 625 pohon untuk di Desa Cikarawang. Kalau se Kabupaten Bogor sudah ada 7.000 pohon di 11 kecamatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Kalau ini dikembangkan di desa-desa seluruh Indonesia, tidak menutup kemungkinan produksi meningkat menjadi komoditi nasional sehingga kita tidak perlu lagi impor buah," katanya disela-sela kunjungan ke perkebunan jambu kristal di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Ia mengatakan, pihaknya mendorong agar budi daya jambu kristal dikembangkan di desa-desa dengan melibatkan sejumlah perguruan tinggi seperti IPB, UGM dan yang lainnya untuk mensosialisasikannya.
"Kita gandeng perguruan tinggi kembangkan kebun percontohan jambu kristal ini," katanya.
Selain itu, lanjutnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendorong setiap kampus memiliki desa binaan masing-masing.
"Yang lebih penting adalah setiap desa harus memiliki badan usaha milik desa (BUMDes)," katanya.
Menteri mengatakan, sejauh ini pengembangan budi daya jambu kristal cukup maju terdapat di Desa Cikarawang. Walau sudah ada 17 provinsi yang memproduksi tetapi belum maksimal.
"Desa Cikarawang sudah sangat maju, budi daya jambu kristalnya bagus. Kita mendorong agar desa-desa lain dapat beradaptasi dari Cikarawang," katanya.
Marwan mengaku sangat tertarik untuk mengembangkan jambu kristal dan berkeinginan untuk investasi, karena para petani di Desa Cikarawang memulai budi daya dengan biaya awal sebesar Rp10 juta, dan kini sudah berkembang di lahan seluas enam hektare.
Koordinator Kelompok Tani Subur Makmur, Badri yang juga pelopor budi daya jambu kristal di Desa Cikarawang mengatakan, produksi jambu setiap harinya mencapai tiga ton.
Menurut dia, jumlah tersebut belum mampu memenuhi permintaan para konsumen yang tidak hanya datang dari wilayah Bogor, tetapi dari luar daerah.
"Kami mulai mengembangkan budi daya jambu kristal sejal 2009, dari 18 pohon sekarang sudah ada 625 pohon untuk di Desa Cikarawang. Kalau se Kabupaten Bogor sudah ada 7.000 pohon di 11 kecamatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015