Jakarta, (Antaranews Bogor) - Wakil Indonesia diundang berbicara pada simposium mengenai burung langka di Asia, yang diselenggarakan di Yokohama, Jepang.

"Di antara agenda dalam simposium, adalah bagaimana upaya pelestarian curik bali atau jalak bali, yang terancam punah," kata Ketua Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) Tony Sumampau saat menghubungi Antara dari Yokohama, Jepang, Sabtu petang.

Ia menjelaskan dirinya selaku Ketua APCB bersama Kepala Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) diundang Pemerintah Yokohama City dan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (Japan Internasional Cooperation Agency/JICA) Yokohama untuk hadir pada simposium yang akan digelar Minggu (18/1).

Terkait dengan konservasi curik atau jalak bali, kata dia, Pemerintah Yokohama City melalui "Yokohama Preservation and Research Center" telah melakukan kerja sama dengan APCB dalam melestarikan satwa burung langka secara "in-situ" (di dalam habitat alami) TNBB, dan "ex-situ" (di luar habitat alami) pada penangkaran masyarakat.

Dengan program itu, kata dia, populasi curik bali yang ada di "ex-situ" dari semula 400 ekor, kini menjadi 2.600 ekor.

Ia menambahkan dengan keberhasilan penangkaran melalui konservasi "ex-situ", harga curik bali yang semulai Rp30 juta per pasang pada 2005, saat ini menjadi Rp6 juta per pasang.

"Dengan nilai curik bali yang mudah didapat dan harganya rendah, maka mengurangi tekanan pencurian burung jalak bali di alam," katanya.

Menurut dia pada 2014 Wali Kota Yokohama menyempatkan diri datang ke Bali Safari di Gianyar untuk melihat kerja sama yang selama ini berlangsung.

"Beliau puas sekali (atas kerja sama yang ada), dan saat ini mengundang Ketua APCB, Kepala TNBB dan Kepala BKSDA untuk hadir di simposium guna membagi informasi," demikian Tony Sumampau.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015