Bogor, (Antaranews Bogor) - Bagaskoro Gumintang Enwe (17) siswa kelas XIII SMK Analisis Kimia Nusa Bangsa Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, tewas setelah tertabrak kereta commuterline Jakarta-Bogor yang melintas di Jalan Dadali, Rabu.

Peristiwa terjadi sekitar pukul 13.45 WIB, korban yang mengenakan seragam Pramuka dan jacket biru dongker tergeletak mengenaskan persisi di samping rel kereta arah Jakarta-Bogor.

Menurut saksi mata, korban berjalan kaki di sekitar rel kereta dari arah Warung Jambu menuju Kebun Pedes, diduga korban tidak mengetahui ada kereta yang melintas sehingga tersambar.

"Karena jalur ini jarang dilalui oleh penduduk sini, karena korban bukan penduduk asli jadi tidak tahu arah datangnya kereta. Diduga korban tertabrak saat hendak menyebrang," kata anggota Unit Reskrim Polsek Tanah Sareal Aiptu Sarwoto.

Aiptu Sarwoto, indentitas korban diketahui dari kartu pelajar milik korban. Pihak kepolisian telah meminta keterangan dari sejumlah saksi dan juga pihak sekolah yang sudah berdatangan ke lokasi.

Menurut keterangan dari pihak sekolah, korban sempat masuk sekolah mengikuti kegiatan "class meeting" bersama teman-temannya. Sebelum pulang, korban juga sempat bermain futsal, lalu pergi makan bersama teman-temannya.

Sebelum pulang, korban sempat meminjam sepeda motor milik teman sekelasnya, tetapi tidak diberi pinjaman. Korban diketahui pulang siang hari. Ada yang menyebutkan korban berencana mau menemui guru pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL).

"Ini kecelakaan, karena korban melintas di jalur yang tidak dilalui oleh warga lokal. Sementara dia bukan warga lokal, jadi tidak tahu arah kereta datang," kata Iptu Sarwoto.

Sejumlah rekan sekolah korban yang hadir di lokasi kejadian, terpukul dengan kejadian yang menimpa korban. Karena sebelum meninggal mereka sempat main futsal bersama.

"Padahal besok dia akan sidang PKL untuk kelulusan, tetapi malah kejadian," kata Syaiful Akbar teman sekelas korban.

Menurut Syaiful, tidak biasanya korban pulang melintasi jalur rel kereta. Karena posisi rumah korban ada di Cileungsi. Setiap pulang sekolah korban selalu menaiki angkot dari Laladon.

Sementara itu, Yudi Prakarsa guru pembimbing PKL mencurigai kenapa korban pulang melintasi jalur kereta, dan tidak mengetahui apa yang membuat korban melintas di kawasan tersebut.

"Tadi disekolah saya sudah sempat bertemu kita konsultasi soal laporan sidang PKL, siang tadi saya juga sempat lihat dia main futsal sama teman-temannya. Karena ada rapat saya tidak lihat lagi. Saya heran kenapa dia melintas di jalur rel ini, karena bukan disini rumahnya," kata Yudi.

Setelah dievakuasi, jenazah korban dibawa oleh pihak kepolisian ke RS Bhayangkara Jalan Kapten Muslihat. Polisi juga masih menelusuri hilangnya tas milik korban, diketahui korban membawa sebuah mini laptop di dalam tasnya, namun tas tersebut tidak ditemukan di lokasi.

Peristiwa tabrakan kereta api yang menimpa penjalan kaki selama bulan Desember ini sudah terjadi sebanyak dua kali. Peristiwa pertama terjadi 3 Desember 2014, di underpass Kelurahan Kedung Badak, korban seorang pria berusia 63 tahun bernama Sadikin asal Kecamatan Bogor Selatan tewas saat menyebrangi perlintasan ilegal.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014