Bogor, (Antaranews Bogor) - Taman Topi, Kota Bogor, Jawa Barat, layak dijadikan kawasan wisata belanja, kata Koordinator Paguyuban Pedagang Kaki Lima Taman Topi Umar Sanusi.
"Lokasinya yang strategis, yakni tidak jauh dari stasiun besar kereta api, kebun raya, dan Istana Presiden Bogor, menguatkan potensi tersebut," kata Umar Sanusi di Bogor, Minggu.
Dengan pertimbangan itu, kata dia, wisatawan yang datang ke Kota Bogor dengan menggunakan jasa kereta api bisa mampir ke Taman Topi untuk berbelanja, termasuk produk yang dijual para pedagang kaki lima (PKL) sehingga dapat menumbuhkan geliat ekonomi.
Umar menjelaskan bahwa Taman Topi dahulunya pernah dijadikan terminal antarkota sebelum Terminal Baranangsiang dibangun.
Pada zaman kolonial Belanda, lanjut dia, Taman Topi adalah taman kota bernama "Wilhelmina Park" yangh dibangun pada Abad XIX.
Wilhelmina sendiri diambil dari nama seorang ratu kerajaan Belanda saat itu.
Ruang terbuka hijau Taman Topi, kata dia, kala itu dikelilingi oleh Jalan Bantam Weg (sekarang Jalan Kapten Muslihat), Park Weg (sekarang Jalan Dewi Sartika), dan area Stasiun Bogor yang dibangun pada tahun 1881.
Oleh karena itu, katanya, jika pada kolonial Belanda fungsinya adalah taman kota, sekarang ini tidak mustahil dikembangkan menjadi kawasan wisata belanja dengan potensi ekonomi kreatif yang ada saat ini.
Umar Sanusi menjelaskan bahwa PKL di kawasan Taman Topi, Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, yang dikoordinasikannya saat ini jumlahnya 75 pedagang.
Saat ini, mereka terus bebenah diri. Para PKL membangun lapaknya dengan baja ringan sehingga mulai tertata rapi.
"Ini impian kami menjadikan kawasan Jalan Dewi Sartika sebagai salah satu kawasan wisata belanja di Kota Bogor," katanya.
Pembangunan lapak tersebut, kata dia, merupakan swadaya murni para PKL.
"Kami membangun lapak tanpa bantuan sepeser pun dari Pemkot Bogor, dan pembangunan tersebut murni swadaya PKL yang tergabung dalam Paguyuban PKL Taman Topi," katanya.
Ia menambahkan bahwa ke depan program lanjutan yang sedang disiapkan adalah keinginan membentuk koperasi para PKL.
Meski demikian, dia mengakui bahwa belum semua PKL Taman Topi melakukan pembenahan. Namun, setidaknya telah memberikan sumbangsih yang berharga kepada Pemerintah Kota Bogor dalam menata PKL.
"Kami ingin PKL Taman Topi menjadi barometer PKL-PKL lainnya yang ada di Kota Bogor," katanya.
Ia juga menjelaskan dari tiga kelompok PKL yang ada di Taman Topi, pihaknya yang pertama melakukan pembenahan.
Dari puluhan anggota paguyuban PKL yang dikoordinasikannya, selama ini mereka berjualan sepatu, telepon genggam dan asesorinya, jam tangan, dan berbagai jenis batu akik (batu mulia).
Pihaknya berharap semua PKL di kawasan Taman Topi bisa ditata agar kawasan wisata belanja Taman Topi segera terwujud.
Sanusi juga bermimpi ke depan Taman Topi dapat seperti yang ada di Makati, yaitu kawasan taman di pusat bisnis yang ada di Filipina.
Dalam upaya mewujudkan mimpi tersebut, kata dia, pihak dinas/instansi terkait di lingkungan Pemkot Bogor, seperti Kantor Koperasi dan UKM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dsbudpar), dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), bisa mendukung para PKL.
"Ini peluang untuk Disbudpar untuk mengembangkan kepariwisataan di Kota Bogor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Lokasinya yang strategis, yakni tidak jauh dari stasiun besar kereta api, kebun raya, dan Istana Presiden Bogor, menguatkan potensi tersebut," kata Umar Sanusi di Bogor, Minggu.
Dengan pertimbangan itu, kata dia, wisatawan yang datang ke Kota Bogor dengan menggunakan jasa kereta api bisa mampir ke Taman Topi untuk berbelanja, termasuk produk yang dijual para pedagang kaki lima (PKL) sehingga dapat menumbuhkan geliat ekonomi.
Umar menjelaskan bahwa Taman Topi dahulunya pernah dijadikan terminal antarkota sebelum Terminal Baranangsiang dibangun.
Pada zaman kolonial Belanda, lanjut dia, Taman Topi adalah taman kota bernama "Wilhelmina Park" yangh dibangun pada Abad XIX.
Wilhelmina sendiri diambil dari nama seorang ratu kerajaan Belanda saat itu.
Ruang terbuka hijau Taman Topi, kata dia, kala itu dikelilingi oleh Jalan Bantam Weg (sekarang Jalan Kapten Muslihat), Park Weg (sekarang Jalan Dewi Sartika), dan area Stasiun Bogor yang dibangun pada tahun 1881.
Oleh karena itu, katanya, jika pada kolonial Belanda fungsinya adalah taman kota, sekarang ini tidak mustahil dikembangkan menjadi kawasan wisata belanja dengan potensi ekonomi kreatif yang ada saat ini.
Umar Sanusi menjelaskan bahwa PKL di kawasan Taman Topi, Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, yang dikoordinasikannya saat ini jumlahnya 75 pedagang.
Saat ini, mereka terus bebenah diri. Para PKL membangun lapaknya dengan baja ringan sehingga mulai tertata rapi.
"Ini impian kami menjadikan kawasan Jalan Dewi Sartika sebagai salah satu kawasan wisata belanja di Kota Bogor," katanya.
Pembangunan lapak tersebut, kata dia, merupakan swadaya murni para PKL.
"Kami membangun lapak tanpa bantuan sepeser pun dari Pemkot Bogor, dan pembangunan tersebut murni swadaya PKL yang tergabung dalam Paguyuban PKL Taman Topi," katanya.
Ia menambahkan bahwa ke depan program lanjutan yang sedang disiapkan adalah keinginan membentuk koperasi para PKL.
Meski demikian, dia mengakui bahwa belum semua PKL Taman Topi melakukan pembenahan. Namun, setidaknya telah memberikan sumbangsih yang berharga kepada Pemerintah Kota Bogor dalam menata PKL.
"Kami ingin PKL Taman Topi menjadi barometer PKL-PKL lainnya yang ada di Kota Bogor," katanya.
Ia juga menjelaskan dari tiga kelompok PKL yang ada di Taman Topi, pihaknya yang pertama melakukan pembenahan.
Dari puluhan anggota paguyuban PKL yang dikoordinasikannya, selama ini mereka berjualan sepatu, telepon genggam dan asesorinya, jam tangan, dan berbagai jenis batu akik (batu mulia).
Pihaknya berharap semua PKL di kawasan Taman Topi bisa ditata agar kawasan wisata belanja Taman Topi segera terwujud.
Sanusi juga bermimpi ke depan Taman Topi dapat seperti yang ada di Makati, yaitu kawasan taman di pusat bisnis yang ada di Filipina.
Dalam upaya mewujudkan mimpi tersebut, kata dia, pihak dinas/instansi terkait di lingkungan Pemkot Bogor, seperti Kantor Koperasi dan UKM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dsbudpar), dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), bisa mendukung para PKL.
"Ini peluang untuk Disbudpar untuk mengembangkan kepariwisataan di Kota Bogor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014