Bogor, (Antaranews Bogor) - Kenaikan harga cabe telah diprediksi sebelumnya oleh Guru Besar Agronomi bidang Pemuliaan Tanam IPB Prof Muhammad Syukur, menyusul menurunnya pasokan karena berkurangnya jumlah petani yang menanam.

"Harga cabe sudah mulai naik, dan akan tambah naik karena barangnya tidak ada di pasaran sebab petani sekarang lebih memilih menanam padi," kata Syukur kepada Antara, Jumat.

Prof Syukur mengatakan kenaikan harga cabe terutama cabe merah keriting telah terjadi di wilayah Sumatera yakni mencapai Rp60.000 per kilogram.

Kenaikan ini dikarenakan stok cabe dari sentra cabe di Sumatera Barat sudah berkurang, lantaran banyak petani yang beralih menanam padi seiring datangnya musim hujan.

"Sepekan lalu kami berkunjung ke Sumatera Barat, petani menyebutkan harga sudah mulai naik, tapi pasokan cabe berkurang karena sudah malas menanam cabe," kata Prof Syukur.

Turunnya minat petani menanam cabe dikarenakan beberapa faktor selain karena pengaruh cuaca, juga karena selama setahun ini petani cabe merugi karena tidak mendapatkan keuntungan dari penjualan cabe.

Menurut Syukur, harusnya petani meraup untung dengan naiknya harga cabe saat panen tiba, akan tetapi selama satu tahun ini harga cabe relatif murah sehingga petani tidak diuntungkan.

Anehnya, lanjut Prof Syukur, musim panas saat ini menyebabkan panen cabe gagal, sehingga pasokan berkurang. Akan tetapi, harga cabe di pasaran tetap normal.

"Diindikasi ada impor gelap terutama untuk saos, industri mengambil pasta impor untuk produksi saos," kata Prof Syukur.

Kasubid Kebijakan Pertanian Direktorat Kajian Strategis Kebijakan Pertanian (KSKP) IPB Suryo Wiyono mengatakan saat ini petani sedang mengupayakan menanam padi, sebagai imbas dari kekeringan serta harga panen cabe tahun jatuh selama bulan Juni-Juli dan Agustus.

Menurut dia, berkurangnya jumlah petani menanam cabe akan mempengaruhi pasokan cabe nasional, yang berdampak pada kenaikan harga.

"Adapun yang masih menanam cabe hanya petani di wilayah dataran tinggi seperti kawasan perbukitan Banyuwangi," kata Suryo yang juga Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB.

Suryo mengatakan upaya mengantisipasi lonjakan harga cabe telah dilakukan lewat teknologi tanaman cabe rendah air, maupun teknologi menanam cabe di musim kering.

Hanya saja ada faktor budaya di petani yang mempengaruhi, seperti petani akan menanam cabe bila ingin mendapat keuntungan lebih, karena pola tanam cabe membutuhkan biaya besar tetapi jika harga naik maka keuntungan juga diraih.

Tetapi, karena tahun ini petani tidak diuntungkan dengan cabe, petani beralih menanam padi dengan memanfaatkan hujan yang mulai turun pasca kekeringan.

"Tetapi, jika tidak terjadi kenaikan harga, pasokan berkurang ini yang kita curigai industri mendapat pasokan cabe dari mana," kata Suryo.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014