Sukabumi, (Antaranews Bogor) - Sentra batu akik Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang berada di Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten saat ini membutuhkan bantuan alat modern sebagai sarana pembuatan batu perhiasan tersebut.

"Selama ini masyarakat atau perajin batu akik di sini masih menggunakan alat tradisional, bahkan alatnya dirakit sendiri mulai dari alat potong, penggosok sampai penghalus," kata Kepala Desa Datarnangka, Aris Slamet kepada Antara, Sabtu.

Menurut Aris, karena keterbatasan alat ini banyak pengrajin kesulitan melayani pesanan order batu akik, sehingga kesulitan mendongkrak penghasilan para perajin.

Walaupun saat ini sudah ada sekitar 300 kepala keluarga yang menjadi perajin batu akik dan omset mencapai puluhan miliar rupiah, tetapi karena keterbatasan alat sehingga tidak bisa mendongkrak kuantitasnya.

Namun, dengan menggunakan alat tradisional ini untuk kualitas bisa bersaing dengan produk lainnya baik di nasional maupun internasional. Sehingga, dengan adanya bantuan alat yang sudah modern ini diharapkan bisa mendongkrak kuantitas dan kualitas batu akik asal warga Datarnangka.

"Walaupun saat ini sudah ada bantuan, tetapi kurang mencukupi. Selain bantuan alat, kami juga membutuhkan modal karena selama ini perajin hanya dengan menggunakan modal seadanya. Jika modalnya yang dikeluarkan besar pasti pendapatan warga akan bertambah karena batu akik dari Sagaranten ini sudah dipercaya kualitasnya baik di dalam maupun luar negeri," katanya.

Aris mengatakan, walaupun pembuatan produk bati akik di daerahnya masih menggunakan alat tradisional tetapi sudah diekspor hampir ke seluruh benua, baik Asia, Afrika, Eropa maupun Amerika. Bahkan, 80 persen produk dari Datarnangka ini untuk diekspor dan sisanya untuk pasar lokal dan nasional.

Salah seorang perajin batu akik, Asep mengatakan, alat produksi pembuatan batu akik miliknya hasil karyanya sendiri dengan cara dirakit. Mulai dari alat potong, gosok hingga bakar. Jika ada bantuan alat yang lebih modern ia yakin kuantitasnya akan terdongkrak dan kualitasnya dipastikan lebih baik dari saat ini.

"Selain kekurangan alat, sumber daya manusia pun kurang di sini. Sehingga memproduksi batu akik, saya libatkan istri, orang tua, mertua dan tetangga saya. Omset bersih setiap bulannya sudah dipotong dengan biaya gaji pengrajin mencapai Rp5 juta," katanya.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014