Kurang pedulinya masyarakat mengakibatkan sungai di daerah perkotaan tercemar, airnya menjadi tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar, pencemaran sungai disebabkan limbah domestik, limbah pabrik, hingga limbah rumah sakit.
Atas kondisi itu, mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Khuswatun Chasanah bersama Tim Program Kreatifitas Mahasiswa, Pengabdian Masyarakat melakukan edukasi terhadap masyarakat, terutama anak-anak. Itu dilakukan dengan membuat kegiatan "Enviro’s Doctor, Jagoan Cilik Pejuang Konservasi, Wujudkan Lingkungan Lestari".
Kegiatan ini diharapkan berguna untuk memberikan penyadaran mengenai pentingnya menjaga ekosistem perairan tawar sejak dini dan mengaplikasikan upaya konservasi, khususnya di perairan tawar. Target kegiatannya, anak-anak usia sekolah dasar sebagai calon konservasionis dan penerus bangsa.
"Kami memilih SDN Sindangsari, karena lokasinya yang strategis yang dilalui akses angkutan umum. Selain itu, juga karena lokasinya berada di kawasan padat penduduk yang lingkungannya perlu diperhatikan lantaran banyak sampah," kata Khuswatun.
Dalam pelaksanaannya digelar selama dua bulan. Mahasiswa IPB ini melibatkan anak kelas 5 SDN Sindangsari, dengan jumlah total 126 siswa. Sebab, pada usia itulah seorang anak mudah terpengaruh
akan hal-hal baru yang dianggapnya menarik.
Implementasi program di antaranya meliputi penyampaian materi yang disampaikan di dalam dan di luar ruangan. Di antara materinya mengenai pengenalan sungai secara umum dan diselingi dengan games menebak sungai. Materi lainnya, pengenalan tumbuhan air tawar sebagai pendukung kehidupan fauna serta materi mengenai capung dan perannya di dalam ekosistem sungai.
Setelah menyampaikan materi itu, dilakukan penerapan materi dan pengembangan keterampilan. Rangkaian kegiatan pendidikan lingkungan dimulai dengan pengenalan sungai dan aplikasi fotografi.
Peserta diajak mengamati, mendokumentasikan, dan menjelaskan kondisi sungai yang terdapat di sekitar sekolah. Keterampilan yang dikembangkan ialah menyanyi, menggambar, memasak, dan membuat karya tangan yang berkaitan dengan ekosistem sungai dan lingkungan. Kegiatan ini memperkenalkan pentingnya sungai bagi flora fauna sehingga menumbuhkan rasa peduli dalam menjaga keseimbangan ekosistem sungai.
"Selain pengamatan di sekitar sungai, peserta diajak untuk mendongeng mengenai satwa dari boneka flanel (wayang) yang dibuat peserta. Tujuannya agar peserta mampu mengembangkan kreativitas. Kemudian, peserta menjelaskan hubungan satwa dan lingkungannya berdasarkan wayang kain yang telah dibuat," katanya menjelaskan.
Setelah itu, baru peserta turun ke lapangan. Itu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang telah diberikan. Peserta melakukan observasi sungai di sekitar sekolah dan observasi satwa di sekitar sungai. Kemudian, hasil observasi tersebut didiskusikan bersama dan menghubungkannya langsung dengan ekosistem dan hubungannya dengan manusia.
"Puncaknya adalah 'Summit Camp' di camping ground Situgunung, Sukabumi dan penanaman bibit pohon. Tim pendidikan lingkungan mengajak peserta merasakan langsung aktivitas di lapangan. Peserta juga ditanamkan nilai-nilai kebersihan dan cinta terhadap alam secara mandiri dan kelompok," kata dia.
Keberhasilan materi yang disampaikan dilihat dari hasil "pre-test" dan "post-test". Pre-test dan post-test dilakukan sebelum dan sesudah materi disampaikan oleh pemateri dengan soal yang sama.
Untuk keberhasilan penanaman nilai cinta lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan dilihat berdasarkan perilaku peserta. Perubahan ini dapat dinilai berdasarkan perubahan perilaku ke arah yang positif dan peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. (irm/zul)